Skip to main content

Artikel Membentuk Karakter Baik Pada Anak



Membentuk Karakter Baik Pada Anak
Oleh; Eneng Indriyani F. H

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tumbuh anak. Sementara menurut W.P Napitulu adalah kegiatan yang secara sadar, teratur dan terencana dalam tujuan mengubah tingkah laku kearah yang diinginkan.
 Maka dengan jelas pendidikan merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Dengan pendidikan, akan terbentuk kepribadian baik dan buruk.  Pendidikan dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sistem pendidikan formal dan non formal. Kepribadian seseorang dapat dipengaruhi melalui sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat.  Di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar anak akan ditanamkan pendidikan karakter yang akan membentuk kepribadian mereka.
Pendidikan tersebut dapat berupa penanaman delapan belas (18) nilai karakter yang disisipkan dalam setiap materi pelajaran. Nilai-  nilai tersebut berupa nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai mandiri, nilai demokratis, nilai rasa ingin tahu, nilai semangat kebangsaan, nilai cinta tanah air, nilai menghargai prestasi, nilai bersahabat, nilai cinta damai, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai peduli sosial, dan nilai tanggung jawab. Nilai- nilai tersebut diharapkan mampu membuat peserta didik memiliki kepribadian yang baik melalui materi pelajaran di sekolah. Adapun pengertian dari karakter sendiri merupakan etika yang berkaitan dengan tingkah laku dan sikap seseorang.
Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Ada sebuah kata bijak mengatakan “ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter. Pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah dimanfaatkan dan dikendalikan orang –orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter pada anak. Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman tiga hubungan pasti yang dialami manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan atau pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak.cara anak memahami bentuk dari hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya.
Pendidikan karakter pada anak yang efektif adalah pada saat anak berumur 5-11 tahun. Karena pada masa ini, menjadi masa keemasan bagi anak dalam mengembangkan karakter pribadinya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memanfaatkan waktu ini untuk menanamkan karakter-karakter baik pada anak. Hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah orang tua harus menunjukkan karakter positif. Keteladanan adalah syarat utama keberhasilan pendidikan karakter. Sebagai contoh anak akan sulit untuk belajar disiplin ketika orangtua dan orang dewasa disekelilingnya tidak pernah menunjukkan kedisiplinan.
Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan negatif dan pemahaman yang positif akan berpengaruh terhadap perilaku positif dalam lingkungan sekitarnya.  Untuk itu, tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak dini, baik di sekolah, lingkungan keluarga maupun masyarakat untuk membentuk karakter baik. Salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, namun tetap diawasi oleh orang tua agar anak tidak salah dalam mengambil keputusan. Selain itu membantu anak untuk mengarahkan minat yang di miliki, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus dan sebagainya.
Kemudian biasakan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, karena pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Membentuk anak agar berkarakter baik bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan keputusan moral yang harus ditindak lanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang.
Berikut ini ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam upaya membangun karakter positif pada anak:
1.      Exposure atau pertemukan anak secara terus menerus dengan hal-hal positif.
Orang bijak pernah mengatakan “anak akan melupakan semua nasehat baik dari orang tuanya, tetapi anak tidak akan pernah lupa dengan perbuatan baik orang tuanya. Artinya bahwa perbuatan itu lebih berpengaruh ketimbang perkataan. Misalnya ketika bertemu orang lain, bagaimana menyapa, tersenyum, mengucapkan salam, dan berjabat tangan. Termasuk juga kapan dan bagaimana mengucapkan terima kasih, meminta tolong, dan meminta maaf contohnya “maaf kak, tolong ambilkan buku itu”. Sama halnya dengan mencontohkan ‘ucapan terima kasih’ ketika anak mau menolong atau melakukan sesuatu, anak akan tebiasa mendapatkan ucapan terima kasih sehingga ia pun akan lebih mudah membiasakan diri mengucapkan kata terima kasih.
2.      Memberikan penjelasan tentang karakter positif yang dimaksud (dalam hal ini disesuaikan dengan perkembangan anak)
Disini dimaksudkan agar anak memahami alasan dan pentingnya berprilaku atau berkarakter baik, sehingga anak tidak melihat perintah atau larangan sebagai paksaan tetapi disertai dengan penjelasan. Misalnya, mengapa jika bertemu dengan orang lain kita sebaiknya menyapa minimal tersenyum, atau mengapa ketika kita akan memakai benda milik orang lain harus meminta ijin terlebih dahulu.
3.      Lakukan pengulangan dan peringatan (pembiasaan),
Disini anak di beri penjelasan secara berulang-ulang agar menjadi kebiasaan bagi anak tersebut. Maka dengan jelas bahwa pendidikan karakter terkait erat dengan kebiasaan yang terus menerus dilakukan. Misalkan untuk membiasakan bangun pagi dan melakukan rutinitas harian seperti mengerjakan PR atau melakukan ibadah solat. Lakukan tindakan koreksi jika ada yang tidak sesuai, misalnya ketika anak sengaja atau tidak sengaja mengucapkan kata-kata yang kurang baik atau bersikap kurang sopan. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mengetahui bahwa tindakan yang ia lakukan kurang baik, sehingga ia tidak mengulanginya.
Selain itu peran keluarga sangatlah penting, karena keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak untuk belajar dasar pendidikan sebelum melanjutkan pendidikan yang lebih lanjut. Melalui keluarga juga anak dapat mengenal dirinya dan membentuk kepribadiannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan proses seperti berkenalan dengan anggota keluarga di sekitarnya. Anak dalam keluarga akan diajarkan untuk berperilaku sehari- hari, berprinsip, dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Adapun peran keluarga sebagai orang tua dirumah dalam mendidik anak agar memiliki karakter yang baik terdapat beberapa cara.
Pertama dengan menanamkan nilai agama, hal ini dimaksudkan supaya anak sejak dini dapat memiliki pengetahuan tentang agama yang berguna bagi dirinya dan orang disekitarnya. Karena nilai ini akan menjadi dasar kepribadian yang rendah hati, bijaksana dan santun. Penanaman nilai agama pada usia dini sebaiknya diberikan bukan dalam bentuk hafalan, melainkan dalam bentuk keteladanan dalam pirilaku sehari-hari. Orang tua dapat menceritakan kisah-kisah teladan, hal ini memberikan kekuatan dalam pembentukan karakter anak. Terutaman cerita-cerita yang mengangkat tema moral. Hal itu akan selalu diingat oleh anak.
Banyak anak yang tidak suka dinasehati, tetapi dengan mendengarkan cerita, mereka akan lebih tertarik. Apalagi jika anak-anak dilibatkan dalam cerita itu. Artinya, anak tidak sekedar mendengar, tetapi anak diajak diskusi mengenai isi cerita. Sementara dalam prilaku sehari-hari misalnya anak dibiasakan membaca doa sebelum dan sesudah makan, serta diberi penjelasan mengapa hal itu harus dilakuakn. Misalnya bahwa dengan berdoa merupaka caranya untuk berterima kasih pada Tuhan atas makanan yang ada, bahwa Tuhan sangat sayang padanya sehingga memberi makanan yang bisa membuatnya kuat dan sehat. Kebiasaan ini sebaiknya dilakukan orang tua secara konsisten sebagai keteladanan,
Selanjutnya yang kedua, memberi teladan untuk membiasakan berprilaku jujur dan baik, misalnya dalam prilaku sehari-hari seperti dalam berbicara, bertindak, dan berpikir anak dibiasakan berperilaku jujur, tidak boleh menipu, menjiplak atau pun mencuri. Tokoh yang dapat mencerminkan kejujuran pada anak salah satunya adalah Nabi besar Muhammad S.A.W. Dengan mengajarkan sikap jujur sejak dini diharapkan anak akan tumbuh menjadi orang yang memiliki karakter baik dan menghindarkan dari sikap sombong.
Ketiga adalah mengajari anak agar dapat menghargai orang lain. Anak-anak harus diajari bagaimana bersikap toleran kepada perbedaan, selalu memperhatikan sopan santun, mempertimbangkan perasaan orang lain, dan menghargai sesama dalam prilakunya sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun di lingkungan sosial. Salah satunya anak diajarkan untuk mendengarkan pendapat orang lain,
Keempat adalah tanggung jawab, anak-anak harus dibekali rasa tanggung jawab yang tinggi, yaitu dengan menguasai kontrol pada diri sendiri, berpikir sebelum bertindak, mempertimbangkan segala konsekuensi atas tindakannya, serta berani menanggung apa pun akibat yang telah dilakukan. Misalnya saja anak dilibatkan secara rutin dalam tugas-tugas di dalam rumah agar anak dibiasakan untuk bertanggung jawab, selain itu dengan hal ini anak akan mengetahui apa saja kewajiban dan haknya sebagai anggota keluarga yang harus dilaksanakan dan diterima dengan baik.
Namun dari beberapa cara diatas yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anak agar memiliki karakter baik, yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam kehidupan anak yaitu pendidikan aqidah, lalu pendidikan rukun iman, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlaq. Selain pengajaran dari orang tua dalam keluarga, disekolah anak pun diberi pendidikan karakter yang baik dari guru. Guru merupakan tenaga pendidik yang menyempurnakan didikan dari oran tua. Sebab didikan dari orang tua masih memiliki kekurangan itu dapat di lihat dari segi mental dan keberanian anak. Serta guru pun memiliki tujuan yang sama dengan orang tua yatu ingin melihat perkembangan potensi anak lebih berkarakter. Maka dari itu peran guru saat ini sangatlah penting terutama dalam pembentukan budi pekerti pada anak melalui proses belajar mengajar di sekolah.
Adapun beberapa proses dari didikan seorang guru adalah guru harus mengajarkan anak agar berani tampil di depan umum, membimbing anak agar menjadi pribadi baik, kreatif dan bertanggung jawab. Selain itu guru pun harus membuaut anak memiliki rasa keimanan kepada tuhan dengan selalu mensisipkan materi agama dalam proses belajar mengajar di kelas. Menerapkan disiplin secara tepat. Memotivasi anak dan menciptakan kepercayaan agar tidak mudah putus asa dalam segala hal dengan memberi dukungan dan pengajaran yang baik, hal ini bertujuan untuk mengembangkan potensi anak. Memahami anak, dengan mendengarkan dan menanggapi setiap pertanyaan anak dan menanggapinya dengan baik.Serta memberi teladan yang baik pada anak, misalnya jika anak sedang ada masalah dengan teman sekelasnya guru tidak langsung memberi pendapat bahwa salah satu dari mereka yang salah, namun seorang guru harus memberikan jalan keluar atau solusi yang adil bagi anak-anak didiknya tersebut.
Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Misalnya guru dapat memberi inspirasi pada anak lewat cerita yang menarik dan memiliki pesan moral yang baik, seperti nilai kejujuran, kasih sayang dalam setiap cerita yang bawakan.  Karena dengan cerita anak diharapkan dapat membangkitkan inspirasi anak dan menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan dan secara tidak langsung nilai-nilai moral dalam cerita tersebut akan diterima oleh anak selanjutnya diharapkan anak dapat meneladani sikap baik tersebut.Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata - mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai - nilai etika, estetika, dan budi pekerti yang luhur. Selain itu karakter yang harus dimiliki siswa diantaranya yaitu kerja sama, disiplin, taat, dan tanggung jawab. Dan yang terpenting adalah praktekkan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.
Dari pemaparan diatas tentang penanaman karakter baik pada anak maka dapat kita ketahui bahwa pendidikan karakter harus ditanamakan kepada anak sejak dini agar terbentuk kepribadian yang baik. Serta yang paling berperan penting dalam pembentukan awal anak utuk memiliki karakter baik adalah keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Sehingga keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat saling berkesinambungan satu sama lain. Dan apabila diantaranya terjadi kesenjangan maka prilaku yang di tunjukan anak akan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari itu bimbing dan didiklah mereka dengan segenap cinta, kasih sayang dan ilmu yang kita milki, sehingga mereka menjadi pribadi yang berkarakter baik yang berguna bagi dirinya atau pun sesamanya.

.

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan Epistemologi, Metodologi, Dan Metode Ilmiah

Hubungan Epistemologi, Metodologi, Dan Metode Ilmiah Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan, melainkan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Senn, 2002). Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu. Jika metode merupakan prosedur ...

Implementasi Dalam Penelitian

Implementasi Dalam Penelitian Pelaksanaan penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, sebenarnya merupakan langkah-langkah sistematis yang menjamin diperoleh pengetahuan yang mempunyai karakteristik rasional dan empiris. Secara filosofis kedua pendekatan tersebut mempunyai landasan yang berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada filsafat positivistik. Filsafat positivistik berpandangan bahwa gejala alam dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Proses penelitian dimulai dari proses yang bersifat deduktif, artinya ketika menghadapi masalah langkah pertama yang dilakukan adalah mencari jawaban secara rasional teoretis melalui kajian pustaka untuk penyusunan kerangka berpikir. Bagi penelitian yang memerlukan hipotesis, kerangka berpikir digunakan sebagai dasar untuk menyusun hipotesis. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan dan menganalisis data. Tujuan utama langkah ini adalah un...

Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan Mistik

Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan Mistik A.     Ilmu 1.     Hakikat ilmu Ilmu bersifat rasional Contoh: Air selalu menempati ruang 2.     Struktur ilmu Metode ilmiah Contoh: Makhluk hidup yang ada didunia ini selalu berkembang dan tumbuh 3.     Epistimologi ilmu Epistimologi yang mengkaji pengetahuan manusia. Pembagian epistimologi yang meliputi epistimologi umum (memunculkan pertanyaan  ada apa? ), epistimologi khusus (memunculkan pengetahuan yang diproses dan dapat di pertanggung jawabkan, metodologi (mengkaji langkah-langkah praktis untuk memperoleh pengetahuan yang benar).  Pada mulanya sumber pengetahuan adalah akal. Adapun pengembangan yang lain menyatakan pengalaman, nalar, intuisi, keyakinan, otoritas dan wahyu merupakan sumber pengetahuan. Sumber pengetahuan merupakan sumber dalam rangka mencari kebenaran. Dimana teori kebenaran terdiri atas teori korespondensi, teori koherensi, teori...