Hubungan
Filsafat dengan Agama
Hubungan
Filsafat dengan Agama
A.
Latar Belakang
Istilah
filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara berlawanan oleh
banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama
bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir sementara
agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam rangka
melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama tidak
selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang tidak
terlalu memperhatikan aspek logisnya.
Agama dan
filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan
kehidupan manusia. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah
agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama
sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang
pun mengingkari peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti
perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang
abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua mainstream disiplin
ini.
Sebagian
pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat
terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan
agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti
dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini
kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan
hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan
dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Selain itu
sebagian pemikir Islam juga memandang bahwa antara agama dan filsafat terdapat
keharmonisan. Sekitar abad ketiga dan keempat hijriah, filsafat di dunia Islam
mengalami perkembangan yang cukup pesat, Abu Yazid Balkhi, salah seorang
filosof dan teolog Islam, mengungkapkan hubungan antara agama dan filsafat,
berkata, "Syariat (baca: agama) adalah filsafat mayor dan filosof hakiki adalah
orang yang mengamalkan ajaran-ajaran syariat. Ia yakin bahwa filsafat merupakan
ilmu dan obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan segala penyakit kemanusiaan.
Dari sana jelas bahwasanya antara filsafat terdapat keterkaitan satu dengan
yang lain.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam maklah ini adalah sebagai berikut.
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam maklah ini adalah sebagai berikut.
1.
Hubungan
filsafat dan agama
2.
Perbedaan
filsafat dan agama
C.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan memahami hubungan filsafat dengan agama serta perbedaan di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Hubungan filsafat dan agama
Dari latar
belakang diatas dapat diketahui bahwa filsafat dan agama adalah dua pokok
persoalan yang berbeda, namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang
hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang
dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang
sebenarnya itu mem-punyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat. Jika
agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir
perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan
filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek
penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat
berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan
sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya
untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin,
keimanan dan kepercayaan agamanya.
Dengan
demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu
faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat
untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan
rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas
pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama. Isi filsafat
itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan. Karena filsafat mempunyai
pengertian yang berbeda sesuai dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan
besar kemungkinan objek dan lapangan pembicaraan fil-safat itu akan berbeda
pula. Objek yang dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin
ada, baik ada dalam kenyataan, maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang
ada itu dalam kemungkina. Sehingga dalam hal ini hubungan filsafat dengan agama
adalah agama sebagai objek kajian filsafat.
Agama
adalah salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan
demikian, agama menjadi objek materia filsafat. Ilmu pengeta-huan juga
mempunyai objek materia yaitu materi yang empiris, tetapi objek materia
filsafat adalah bagian yang abstraknya. Dalam agama terdapat dua aspek yang
berbeda yaitu aspek pisik dan aspek metefisik. Aspek metafisik adalah hal-hal
yang berkaitan dengan yang gaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia
dengan-Nya, sedangkan aspek pisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun
sebagai anggota masyarakat.
Kedua aspek
ini (pisik dan metafisik) menjadi objek materia filsafat. Namun demikian objek
filsafat agama banyak ditujukan kepada aspek metafisik daripada aspek fisik.
Aspek fisik itu sebenarnya sudah menjadi pembahasan ilmu seperti ilmu
sosiologi, psikologi, ilmu biologi dan sebagainya. Ilmu dalam hal ini sudah
memi-sahkan diri dari filsafat. Dengan demikian, agama ternyata termasuk
objek materia filsafat yang tidak dapat diteliti oleh sain. Objek materia
filsafat jelas lebih luas dari objek materi sain. Perbedaan itu sebenarnya
disebabkan oleh sifat penyelidikan. Penyelidikan filsafat yang dimaksud di sini
adalah penyelidikan yang mendalam, atau keingintahuan filsafat adalah bagian
yang terdalam. Yang menjadi penyelidikan filsafat agama adalah aspek yang
terdalam dari agama itu sendiri.
Sedangkan
para tokoh Islam juga berpendapat adanya hubungan antara filsafat dan agama.
Abu Hayyan Tauhidi, dalam kitab al-Imtâ' wa al-Muânasah, berkata,
"Filsafat dan syariat (agama) senantiasa bersama, sebagaimana
syariat dan filsafat terus sejalan, sesuai, dan harmonis". Abul
Hasan 'Amiri, dalam pasal kelima kitab al-Amad 'ala al-Abad, juga
menyatakan, "Akal mempunyai kapabilitas mengatur segala sesuatu yang
berada dalam cakupannya, tetapi perlu diperhatikan bahwa kemampuan akal ini
tidak lain adalah pemberian dan kodrat Tuhan. Sebagaimana hukum alam meliputi
dan mengatur alam ini, akal juga mencakup alam jiwa dan berwenang
mengarahkannya. Tuhan merupakan sumber kebenaran yang meliputi secara kodrat
segala sesuatu.
Cakupan
kodrat adalah satu cakupan dimana Tuhan memberikan kepada suatu makhluk apa-apa
yang layak untuknya. Dengan ini, dapat kesimpulan bahwa alam natural secara
esensial berada dalam ruang lingkup hukum materi dan hukum materi juga secara
substansial mengikuti jiwa, dan jiwa berada di bawah urusan akal yang membawa
pesan-pesan Tuhan. Hal itu menunjukkan jika filsafat dan agama terdapat
hubungan yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
Tidaklah
terlalu asing orang mengatakan bahwa pembahasan filsafat terhadap agama tidak
menambah keyakinan atau tidak meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan. Ini bisa
berarti bahwa pembahasan agama secara filosofis tidak perlu dan usaha itu
adalah sia-sia. Tetapi perlu diingat bahwa pembahasan agama dengan kacamata
filsafat bertujuan untuk menggali kebenaran ajaran-ajaran agama tertentu atau
paling tidak untuk mengemukakan bahwa hal-hal yang diajarkan dalam agama tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip logika. Sehingga dari sanalah diketahui
bahwa terdapat hubungan erat antara filsafat dan agama.
2.
Perbedaan Filsafat Dan Agama
Adapun titik
perbedaanya adalah sebagai berikut:
Ilmu dan filsafat adalah hasil dari sumber yang sama
yaitu: ra’yu (akal, budi, ratio, reason, nous, rede, ver nunft) manusia.
Sedangkan agama bersumber dari Wahyu Allah.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan
penyeledikan, pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu
ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengelanakan atau
mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral (menyeluruh)
serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali
ikatan tangannya sendiri yang disebut ’logika’ Manusia dalam mencari dan
menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan berbagai
masalah asasi dari suatu kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk
manusia di permukaan planet bumi ini. Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran
positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat
dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan
filsafat keduanya nisbi (relatif). Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia
adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan
kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus
merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas
dapat diketahui bahwa filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan yang
berbeda, namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan
antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang
dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang
sebenarnya itu mem-punyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat. Isi
filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan, jadi dalam hal ini
hubungan filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat.
B.
Saran
Dari penulisan makalah
ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan
maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Andim, Fauzul. 2013. Hubungan
Filsafat Dengan Agama. Diperoleh dari
http://www.fauzulandim.com (10 Oktober
2016)
Asmiati, Ritha. 2015. Hubungan
Filsafat Dengan Agama. Diperoleh dari
http://rithasmiati.blogspot.co.id
(10 Oktober 2016)
M. Afrizal. ____ Filsafat
Agama. Diperoleh dari hhtps://sites.google.com
(10 Oktober 2016)
Comments
Post a Comment