Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan Mistik
A. Ilmu
1.
Hakikat ilmu
Ilmu bersifat rasional
Contoh: Air selalu menempati
ruang
2.
Struktur ilmu
Metode ilmiah
Contoh: Makhluk hidup yang ada
didunia ini selalu berkembang dan tumbuh
3.
Epistimologi ilmu
Epistimologi yang mengkaji pengetahuan
manusia. Pembagian epistimologi yang meliputi epistimologi umum (memunculkan
pertanyaan ada apa?), epistimologi khusus (memunculkan pengetahuan
yang diproses dan dapat di pertanggung jawabkan, metodologi (mengkaji
langkah-langkah praktis untuk memperoleh pengetahuan yang benar).
Pada mulanya
sumber pengetahuan adalah akal. Adapun pengembangan yang lain menyatakan
pengalaman, nalar, intuisi, keyakinan, otoritas dan wahyu merupakan sumber
pengetahuan. Sumber pengetahuan merupakan sumber dalam rangka mencari
kebenaran. Dimana teori kebenaran terdiri atas teori korespondensi, teori
koherensi, teori kebenaran pragmatis, teori kebenaran sintaksis, teori
kebenaran semantis. Teori kebenaran non deskripsi, teori kebenaran logik yang
berlebihan.
4.
Aksiologi ilmu
Axiologi
dapat diartikan ilmu yang berkenaan tentang manfaat ditambah. Lebih ringkasnya
filsafat ini berbicara tentang nilai. Mengkaji sebuah nilai, ada dua kelompok
yang membahas hal ini, yaitu objektivisme dan subjektivisme. Pada prinsipnya
mengkaji landasan axiologi ilmu pengetahuan adalah membahas tentang manfaat
yang di peroleh manusia dari pengetahua yang didapatnya. Prinsip dalam
pertimbangan nilai keilmuan disandarkan kepada prinsip yang berpendapat ilmu
pengetahuan harus bebas nilai dan prinsip bahwa ilmu pengetahuan taut nilai.
Pengembangan ilmu ada dua yaitu segi statik dan segi dinamik. Selanjutnya
prinsip ini membahas tentang nmanfaat dan kegunaan ilmu dalam kecendrungan
masyarakat.
5.
Cara Kerja Ilmu
a.
Cara Kerja
Ilmu Empiris (Induksi)
Empiris adalah sesuatu yang disandarkan
pada pengalaman. Pengalaman dapat diartikan segala yang dilihat, diamati,
dirasakan, diraba, dan masih banyak yang lain. Ilmu empiris dapat diartikan
ilmu yang berkaitan dengan pengumpulan data secara empiris bukan sesuatu yang
abstrak. Dalam ilmu empiris sangat mengandalakan data individual. Dari
data itu dapat ditarik kesimpulan, dimana kesimpulan dapat dilaksanakan dengan
Aposteriori. Aposteriori artinya penarikan
kesimpulan diakhir setelah mengumpulkan
sebanyak mungkin data.
Agar dapat memahami pandangan Immanuel Kant
tersebut perlu terlebih dahulu mengenal pandangan rasionalisme dan empirisme.
Rasionalisme mementingkan unsur-unsur apriori dalam
pengenalan, berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala pengalaman. Sedangkan
empirisme menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur
yang berasal dari pengalaman. Menurut Immanuel Kant, baik rasionalisme maupun
empirisme dua-duanya berat sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengenalan
manusia merupakan keterpaduan atau sintesa antara unsur-unsur apriori dengan
unsur-unsur aposteriori (dalam Bertens, 1975). Oleh karena itu Kant berpendapat
bahwa pengenalan berpusat pada subjekdan bukan pada objek.
Sehingga dapat dikatakan menurut Kant ilmu pengetahuan bukan hasil
pengalaman saja, tetapi hasil konstruksi oleh rasio.
Inilah pandangan Rene Descartes dan
Immanuel Kant yang menolak pandangan Aristoteles yang bersifat ontologis dan
metafisis. Banyak tokoh lain yang meninggalkan pandangan Aristoteles, namun dalam
makalah ini cukup mengajukan dua tokoh tersebut, kiranya cukup untuk
menggambarkan adanya pemikiran yang revolusioner dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
b.
Cara kerja
ilmu pasti (deduksi)
Sesungguhnya cara kerja ilmu pasti maupun
empiris merupakan usaha manusia dalam mengatasi persoalan hidupnya. Cara kerja
ilmu pasti sangat mengandalkan rasio. Tentang sifat kebenarannya maka ilmu
pasti sangat bersifat determmistik atau sangat ditenukan oleh ukuran yang
dipakai sepanjang ia bersifat rasional. Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap
yang seharusnya dimilikioleh seorang peneliti. Untuk dapat melalui proses
penelitian yang baikdan hasil yang baik pula, peneliti harus memiliki
sifat-sifat berikut ini.
1)
Mampu
Membedakan Fakta dan Opini.
Fakta adalah
suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalahpendapat pribadi dari seseorang
yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga di dalam melakukan studi
kepustakaan, seorangpeneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan
opini agar hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
2)
Berani dan
Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentas.
Peneliti
yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam satu ruang
dengan orang lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi, atau
mempertahankan hasil. Penelitiannya akan senantiasa menjunjung tinggi sopan
santun dan menghindari perdebatan secara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi
tetap berani mempertahankan kebenaran yang diyakininya karena yakin bahwa
pendapatnya sudah dilengkapi dengan fakta yang jelas sumbernya.
3)
Mengembangkan
Keingintahuan.
Peneliti
yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusaha memperluas
pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalan informasi di segala bidang,
dan selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari
semakin canggih dan modern.
4)
Kepedulian
terhadap Lingkungan.
Dalam
melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduli terhadap
lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yangdilakukannya membawa
dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya.
B.
Pengetahuan Mistik
1.
Hakikat
Pengetahuan Mistis
Mistis
adalah pengetahuan yang tidak rasional. Ialah pengetahuan (ajaran atau
keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh melalui latihan meditasi atau latihan
spiritual, bebas dari ketergantungan indera atau rasio. Pengetahuan mistis
ialah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio. Dalam Islam yang termasuk
pengetahuan mistis ialah pengetahuan yang diperoleh melalui jalan tasawuf.
Pengetahuan mistis ialah pengetahuan yang supra rasional tetapi kadang-kadang
mempunyai bukti empiris. Contoh: Maha Sakret selalu bersama kita
2.
Struktur
Pengetahuan Mistis
Mistis magis
ialah mistis yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai
tujuan tertentu. Mistis magis dapat dibagi dua, yaitu mistik-magis-putih dan
mistik-magis-hitam. Perbedaan mendasar ada pada segi filsafat. Magis putih
selalu dekat dan berhubungan serta bersandar pada Tuhan sehingga dukungan
Illahi sangat menentukan. Pada nabi disebut Mukzijat dan pada selain nabi
disebut karomah.
Magis hitam
selalu dekat, bersandar, bergantung pada kekuatan roh jahat. Jiwa-jiwa yang
memiliki kemampuan magis ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
a.
Mereka yang
memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental atau himmah.
b. Mereka yang melakukan pengaruh magisnya
dengan menggunakan watak benda-benda atau elemen-elemen yang ada didalamnya,
inilah yang disebut jimat.
c.
Mereka yang melakukan pengaruh magisnya
melalui kekuatan imajinasi sehingga menimbulkan berbagai fantasi pada orang
yang dipengaruhi, seperti pesulap.
3.
Epistemologi
Pengetahuan Mistik
Pengetahuan
mistik ialah pengetahuan yang diperoleh tidak melalui indera dan bukan melalui
rasio. Pengetahuan ini diperoleh melalui rasa dan hati. Yang menjadi objek
pengetahuan mistis ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti alam gaib,
Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin, dll. Pada umumnya cara memperoleh
pengetahuan mistis adalah latihan yang disebut dengan riyadhah, dari situ
manusia dapat memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan.
Kebenaran
pengetahuan mistis diukur dengan berbagai ukuran. Ada kalanya ukuran kebenaran
pengetahuan mistis itu kepercayaan. Jadi, sesuatu dianggap benar jika kita
mempercayainya. Ada kalanya juga kebenaran suatu teori diukur dengan bukti
empiris, yaitu ukuran kebenaran. Sulit memahami jika sesuatu teori dalam
pengetahuan mistis bila pengetahuan itu tidak punya bukti empirik, sulit
diterima karena secara rasional tida terbukti dan bukti empirik pun tidak ada.
4.
Aksiologi
Pengetahuan Mistik
Pengetahuan
mistik itu amat subjektif, yang paling tau penggunaannya ialah pemiliknya. Di
kalangan sufi kegunaannya yaitu dapat menentramkan jiwa mereka, mereka
menggunakan pengetahuannya untuk kebaikan. Mistis magis hitam dikatakan hitam
karena penggunaannya untuk kejahatan.
Cara
pengetahuan mistis menyelesaikan masalah tidak melalui proses inderawi dan
tidak juga melalui proses rasio. Ada dua macam mistis yaitu mistis yang biasa
dan mistis magis. Mistis magis adalah kegiatan mistik yang mengandung
tujuan-tujuan untuk memperoleh sesuatu yang diingini penggunanya. Dunia mistik
magis dalam dunia Islam yaitu ’ulum al-hikmah yang berisi antara lain
rahasia-rahasia huruf al-qur’an yang mengandung kekuatan magis, rahasia wafaq,
rahasia asma ilahiyah, dsb. Pada kenyataannya tokoh-tokoh mistik-magis itu
kebanyakan sufi-sufi. Kekuatan alam akhirnya tunduk di bawah sinar Illahi dan
dukunganNya melalui huruf-huruf dan nama indahNya. Melalui kalam ilahi inilah
jiwa-jiwa ilahiyah yang aktif dapat digunakan manusia untuk tujuan yang
dikehendakinya.
Pada
perkembangannya dunia mistik-magis Islam terbagi dua kelompok, yaitu
mistik-magis dalam bentuk wirid-wirid dan mistik-magis dalam bentuk benda-benda
yang telah diformulasikan sedemikian rupa biasanya berupa wafaq-wafaq atau
isim-isim.
5.
Cara kerja
Mistik-Magis-Hitam
Mereka
membuat simbol-simbol atau nama atau atribut-atribut, lalu ia bacakan mantra. Selama
mengulak kata-kata buruk itu, ia mengumpulkan ludahnya untuk disemburkan pada
gambar itu. Lalu ia ikatkan buhul pada simbol menurut sasaran yang telah
disiapkan tadi. Ia menganggap ikatan buhul itu memiliki kekuatan dan efektif
dalam praktik sihir. Ia meminta jin-jin kafir untuk berpartisipasi, ia
memunculkan lebih banyak roh jahat sehingga segala sesuatu yang dituju
benar-benar terjadi.
Para ahli
hikmah menyadari bahwa kekuatan Tuhan baik yang ada dalam diriNya atau yang ada
dalam firmanNya dapat digunakan oleh manusia. Ayat-ayat Al Qur’an atau kitab
langit lainnya sering digunakan sebagai perantara untuk menghubungkan manusia
dengan tuhannya, bahkan asma-asma Tuhan sering digunakan untuk meminta sesuatu.
Jika seseorang dapat atau sanggup mempraktekan wirid atau do’a sesuai dengan
rumusan maka kekuatan ilahiyah (khadam atau malaikat) akan dapat dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan yang kehendaki terlebih jika diikuti oleh jiwa yang
bersih.
Cara kedua ialah dengan cara memindahkan jiwa-jiwa ilahiyah atau khadam
yang adad dalam huruf-huruf al Qur’an atau didalam asma-asma Allah, cara ini
disebut wafaq atau isim dimana ditulis dengan menggunakan tinta tertentu dan
pada kondisi tertentu. Pada dasarnya mereka menggunakan supra natural yang ada
pada khadam dalam wirid atau doa, wafaq atau isim untuk tujuan tertentu.
Comments
Post a Comment