Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
1. Hidup dan karya-karyanya
Nama
aslinya Abu Yusuf Bin Ishak dan terkenal dengan sebutan “Filsafat Arab”,
keturunan arab asli dan silsilah nasabnya sampai kepada ya’kub bin Qahthan
yaitu nenek pertama suku Arabia selatan. Ayahnya Al-Kindi pernah menjadi
gubernur Kufah pada pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Ar Rasyid
Karangan-karangannya
yang terkenal ditemukan oleh seorang ahli ketimuran jeram, yaitu Hillmuth
Ritter, di perpustakaan Aya Sofia, Istambul dan terdiri dari 29 risalah.
Risalah-risalah ini membicarakan soal-soal alam dan filsafat, antara lain ke
Esaan Tuhan, akal, jiwa, filsafat pertama dan sudah diterbitkan di Mesir oleh M
Abdul Hindi Aburaidah.
2. Filsafat Al-Kindi
Bahwa filsafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik dan
tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berfikir. Al-Kindi meninjau
filsafat secara internal dan eksternal, secara internal mengikuti pendapat
filosof-filosof besar tentag arti kata filsafat. Secara eksternal memberikan
definisi filsafat.
Menurut Al-Kindi, filsafat ialah ilmu tentang hakekat
kebenaran segala sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu
ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyyah), ilmu keutamaan (fadhilah), semua cara
meraih luas lahat dan menghindar dari madharat. Tujuan seseorang filsafat
bersifat teoritis, yaitu mengetahui kebenaran praktis dan mewujudkan kebenaran
tersebut dalam tindakan. Semakin dekat kepada kebenaran, semakin dekan pula
kepada kesempurnaan.
3. Filsafat Fisiki
Al Kindi mengatakan bahwa ala mini dalah illat-Nya (sebab)
yang jauh dan menjadikan sebagian illat bagian yang lain. Oleh karena itu, ala
mini asalnya tidak ada, kemudian menjadi ada karena diciptakan oleh Tuhan. Dan
karena pula, ia tidak dapat membenarkan qadimnya alam.
Al Kindi mengatakan bahwa benda-benda langit mempunyai
kehidupan serta mempunyai indra-indra yaitu indra penglihatan dan indra
pendengaran saja sebagai indra yang diperlakukan untuk berfikir dan membedakan.
Oleh karena itu, benda-benda langit adalah benda-benda yang berfikir dan bisa
membedakan tiap-tiap gerak berarti merupakan bilangan masa benda, oleh karena
itu gerak hanya terdapat pada apa yang mempunyai zaman.
Berdasarkan hal ini,
gerak itu ada, apabila ada benda, karena tidak mungkin ada benda jika semula
diam kemudian bergerak. Sebab benda alam ini adakalanya baru/qodim. Wujudnya
dari tiada adalah kejadian, sedangkan kejadian merupakan salah satu macam
gerak. Jadi, barunya benda alam adalah gerakan, maka baru dan gerak selalu
bergandengan. Jika benda itu qodim dan diam mungkin bisa bergerak, kemudian
bergerak sesudah itu. Hal ini berarti bahwa sesuatu yang azali mengalami
perubahan, akan tetapi yang qodim tidak mungkin mengalami perubahan,
4. Metafisika
Pembicaraan
dalam soal ini meliputi:
a. Hakikat Tuhan
Tuhan adalah wujud yang hak (benar)
yang bukan asalnya tidak ada kemudian ada, ia selalu mustahil tidak ada. Ia
selalu ada akan selalu ada.
b. Bukti-bukti wujud Tuhan
Beliau menggunakan jalan, yaitu
1) Barunya alam
Alam ini baru dan ada permulaan waktunya,
karena alam terbatas. Tidak mungkin ada benda yang ada dengan sendirinya.
2) Keanekaragaman dalam wujud
Al Kindi mengatakan bahwa dalam alam
ini baik alam indrawi maupun alam lain yang menyamainya, tidak mungkin ada
keragaman tanpa keseragaman.
3) Kerapian alam
Yaitu kerapian alam dan pemeliharaan
tuhan terhadapnya.
5. Sifat-Sifat Tuhan
Di antara sifat-sifat Tuhan ialah keesaan, suatu sifat yang
paling khas bagi-Nya. Tuhan itu satu zat-Nya dan satu hitungan. Karena itu pula
sifat Tuhan ialah yang Maha Tahu, Yang Maha Berkuasa, Yang Maha Hidup dan
seterusnya.
Kesimpulannya ialah bahwa Tuhan adalah sebab pertama (first Cause) dimana wujud-Nya bukan
karena sebab yang lain. Ia adalah zat yang menciptakan, tetapi bukan
diciptakan, menciptakan segala sesuatu dari tiada. Ia adalah zat yang
menyempurnakan, tetapi bukan disempurnakan (A. Hanafi, 1999: 78)
B.
Al-Farabi
(257 – 337 H / 870 – 950 M)
1. Hidup dan Karya-Karyanya
Nama aslinya Abu Nasr Muhammad Bin Muhammad Bin Tharkhan,
sebutan Al Faribi diambil dari nama kota Arab. Ia dilahirkan pada tahun 257 H
(870). Ayahnya adalah seorang Iran dan menikah dengan seorang wanita Turkestan
kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan. Oleh karena itu, al Farabi
dikatakan berasal dari Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari
keturunan Iran.
Menurut Massiqnon, orientaslis Perancis, al Farabi adalah
seorang filsafat islam pertama dengan penuh arti kata, sebelum beliau memang al
Kindi telah membuka pintu filsafat Yunani bagi dunia islam. Akan tetapi ia
tidak menciptakan sistem (madzhab) filsafat tertentu, sebaliknya al Farabi
telah menciptakan suatu sistem filsafat yang lengkap dan memainkan peran
penting dalam dunia islam, seperti peranan yang dimiliki plotinus bagi dunia
barat, begitu juga al Farabi menjadi guru bagi Ibnu Sina, Ibnu dan
filsafat-filsafat islam lain yang datang sesudahnya. Oleh karena itu ia
mendapat gelar “Guru Kedua” (Al Mu’allim Ats Tsani) sebagai kelanjutan dari aristoteles yang
mendapat gelar “Guru Pertama” (Al Mu’allim Al Awwal).
Di antara karangan-karangannya adalah:
a. Aghradhu ma ba’da ath-thabi’ah
b. Al-Jam’u baina Ra’yai Al Hakimain
(mempertemukan pendapat kedua filsafatm maksudnya Plato dan Aristoteles)
c. Tahsil as sa’adah (mencari
kebahagiaan)
d. ‘Uyun ul-Masail (pokok-pokok
persoalan)
e. Arau ahl-il madinah al fadhillah
(pikiran-pikiran penduduk kota utama negeri utama)
f.
Il
sha’u al ulum (statistik ilmu)
Dalam buku terakhir ini al Farabi membicarakan macam-macam
ilmu (bagian-bagiannya, yaitu ilmu bahasa, ilmu mantik, ilmu matekatika,
fisika, ketuhanan, fiqih, perkotaan dan ilmu kalam)
2. Al-Farabi dan Kesatuan Filsafat
Filsafat al Farabi sebenarnya merupakan campuran antara
filsafat aristoteles dan neoplatoisme dengan pikiran keislaman yang jelas dan
corak aliran syiah imamiah. Misalnya dalam soal etika dan politik, ia mengikuti
plato dan dalam soal metafisika, ia mengikuti plotinus, selain itu al Farabi
adalah seorang filsafat sinkretisme (pamanduan) yang percaya akan kesatuan
(ketunggalan) filsafat.
Pemanduan yang menonjol tampak jelas pada usahanya untuk mempertemukan
hasil-hasil pemikiran plato dengan pemikiran aristoteles di satu pihak dan
mempertemukan hasil-hasil pemikiran filsafat dengan wahyu di lain pihak, dengan
bersenjatakan takwil (interpetensi bathin) (Al Hanafi, 1991: 83)
3. Logika
Tampaknya
dalam lapangan logika al Farabi banyak mengikuti Aristoteles. Adalah:
a. Definisi logika ialah ilmu tentang
pedoman (peraturan) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukkan pada
kebenaran dalam lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya.
b. Guna logika, maksudnya logika ialah
agar kita dapat membetulkan pikiran orang lain, atau agar orang lain dapat
membenarkan pemikiran kita, atau kita dapat membetulkan pemikiran diri kita
sendiri
c. Lapangan lgika, lapangannya ialah
segala macam pemikiran yang bisa diutarakan dengan kata-kata dalam kedudukannya
sebagai alat menyatakan pemikiran.
d. Bagian-bagian logika, yaitu kategori
(al-ma’qulat al ‘asyr); kata-kata (al ibaroh, termas); analogi pertama (al
qiyas); analogi kedua (al burhan); jadal (debat; sofistika; retorika dan poetika
(syair), pembagian qiyas ada lima yaitu:
1) Qiyas meyakinkan (qiyas – burhani),
yaitu kias memberi keyakinan
2) Qiyas jadali, yaitu kiyas yang
terdiri dari hal yang sudah dikenal dan bisa diterima (al-masyhurat wal
musallamat)
3) kias sofistika ialah kias yang menimbulkan
sangkaan bahwa sesuatu yang tidak benar kelihatan benar dan sebalinya.
4) Qiyas-khatabi, yaitu kias yang
menimbulkan dugaan yang tidak begitu kuat
5) Qiyas syi’I, yaitu kias yang memakai
perasaan dan khayalan untuk dapat menarik orang lain
4. Filsafat Metafisika
Hal-hal yang dibicarakannya adalah:
a. Tuhan
Al faribi terlebih dahulu membagi
wujud yang ada pada hakikat Tuhan dan sifat-sifat-Nya
1) wujud yang mumkin atau wujud yang
nyata karena lainnya (wajib ligharbi) seperti wujud cahaya yang tidak akan ada,
kalau tidak ada matahari.
2) Wujud yang nyata dengan sendirinya
(wajib al wujud lidzatih). Wujud adalah wujud yang tabiatnya itu sendiri
menghendaki wujud-Nya).
b. Hakekat Tuhan
Allah
adalah wujud yang sempurna dan ada tanpa suatu sebab, karena kalau ada sebab bagi-Nya
berarti ia tidak sempurna, sebab bergantung kepadanya, ia adalah wujud yang
paling mulia dan yang paling dahulu adanya. Oleh karena itu, tuhan adalah zat
yang azali (tanpa permulaan) yang selalu ada zat-Nya itu sendiri sudah cukup
menjadi sebab bagi keabadian wujud-Nya. Wujud-Nya tidak berarti terdiri dari
Hule (matter, benda dan shurroh). Yaitu dua bagian yang terdapat pada makhluk,
kalau itu terjadi dari kedua perkara tersebut, tentunya akan terdapat susunan
(bagian-bagian pada zat-Nya).
c. Sifat-Sifat Tuhan
Sifat
Tuhan tidak berbeda dari Zat-Nya, karena tuhan adalah tungal. Juga zat tuhan
menjadi objek pemikiran tuhan sendiri (ma’qul) karena yang menghalang-halangi
sesuatu untuk menjadi objek pemikiran ialah benda itu pula. Tuhan juga adalah
zat yang Maha Mengetahui (‘alim) tanpa memerlukan sesuatu yang lain untuk dapat
mengetahui.
Tuhan
sangat puas terhadap keagungan dan kesempurnaan zat-Nya. Oleh karena itu ia
mencintai dan merindukan zat-Nya sendiri dengan demikian, tuhan itu adalah zat
yang merindukan dan yang dirindukan pula (al-‘asyiq dan al-ma’syuq)
Teori
al Farabi yang menyatakan bahwa tuhan tidak mengetahui alam dan tidak
memikirkannya pula. Yakni tidak menjadikan alam sebagai objek pemikiran-Nya,
diambil dari Aristoteles. Pendapat tersebut didasarkan atas anggapan bahwa alam
terlalu rendah tingkatannya untuk dijadikan objek pemikiran Tuhan, zat yang
Maha Sempurna dan Maha Agung. Jadi pemikiran Tuhan terhadap alam ini tidak
langsung. Melainkan cukup melalui zat-Nya, yakni dalam kedudukan-Nya sebagai
sebab adanya alam beserta segala perstiwanya. Pendapat al Farabi itu menjadi
dasar Ibnu Rusyd yang berpengaruh luas di kalangan dunia piker islam.
5. Emanasi
Emanasi
ialah teori tentang keluarnya suaru wujud yang mukmin (alam makhluk) dan zat
yang wajib-ul-wujud (zat yag mesti adanya; Tuhan)
C.
Al-Ghazali
Nama
lengkapnya Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazali, Ath Thusi, merupakan
orang Persia asli yang dilahirkan pada tahun 450 H/1058 M di Thus (dekat
Mashed) dan wafatnya di nisbur pada tahun 505 H/1111 M dalam usia 54 tahun (Moh
fauzan, 2002: 30)
Karya-karya al-ghazali
Sulaiman
dunya menyatakan dan mencatat bahwa karya tulis imam al-ghozali mencapai kurang
lebih 300 buah, meliau mengarang dari umur 25 tahun yang di antaranya
a. Ilmu Kalam Dan Filsafat
a. Maqashid Al Falasifah
b. Tahafut Al Falasifah
c. Al Iqtishad Fi Al I’tiqad
d. Al Muqid Min Adh Dhalal
e. Maqashid Asma Fi Al Ma’ani, Asma Al
Husna
f.
Faial
Al Mustaqim, dll
b. Kelompok fiqih dan ushu; fiqih
a. Al Basith
b. Al Wasith
c. Al Wajiz
d. Al Khulashah Al Mukhtashar
e. Al Mustashfa
f.
Al Mankul
g. Syifakh Al Alifi Qiyas Wa Ta’lil
h. Adz Dzari’ah Ila Makarim Al Syari’ah
c. Kelompok tafsir meliputi
a. Yaqul At Ta’wil Fi Tafsir At Tanzil
b. Tawahir Al-Qur’an
d. Kelompok ilmu tasawuf dan akhlak
secara integral bahasannya ilmu kalam, fiqih dan tasawuf antara lain:
a. Ihya’ ‘Ulum Ad-Din
b. Mizan Al Amanah
c. Kimya As Sa’adah
d. Misykat Al Anwar
e. Muh As Syafat Al-Qulub
f.
Minhaj
Al Abiding
g. Ad Dar Fiqhiratfi Kasyf’ulum
h. Al Aini Fi Al Wahdat
i.
Al
Qurbat Illa Alah Azza Wajalla
j.
Akhlak
Al Abrarwa Najat Min Al Asrar, dll
Pandangan Al-Ghazali tentang Taukhid
dan Kalam
Ilmu
ini membahas tentang dzat Allah, siat-sifatnya yang eternal (al qadimah), yang
aktif kreatif (al’fi’liyyah) yang esensial, dengan nama-nama yang sudah
dikenal, juga membahas, keadaan para Nabi, para pemimpin umat sesudahnya dan
para shabat. Beliau begitu pula membahas tentang keadaan mati dan hidup.
Keadaan di bangkitkan dari kubut (al ba’ats), berkumpul di mahsyar, perhitungan
amal dan melihat tuhan.
Al
ghazali dalam kitabnya ihya’ ‘ulum ad0din menyesalkan adanya pergeseran istilah
“tauhid” pada “kalam” tauhid yang berarti mengesakan Allah merupakan isti
akidah islam yang dibawa nabi Muhammad SAW, sedangkan kalam yang beratti
perkataan, hanya merupakan cara yang digunakan dalam membahas masalah-masalah
aqidah.
Menurut
al ghazali pengertian tauhid pada masa salaf yang terfokus pada kalimat. “La
Ilaha Illa Allah” (tidak ada Tuhan selain Allah), ditanggapi dan dihayati
bervariasi oleh umat waktu itu. Ada orang munafik yang bertauhid itu dihatinya
dan mengucapkannya dengan sadar.
D.
Ibnu
Sina
1. Hidup dan karyanya
Ibnu
Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, ketika kalifah abbasyiyah mengalami
kemunduran dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khalifat
tersebut mulai melepaskan diri satu per satu untuk berdiri sendiri. Ibnu Sina
dilahirkan di Afsyana, daerah Bukhara pada tahun 340 H (980 M) di Bukhoro, ia
menghafal Al-Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu-ilmu astronomi
katika usianya baru 10 tahun, kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin
Yahya seorang Masehi. Hidup beliau sepenuhi dengan kesibukan, seperti bekerja
di pemerintahan, mengarang, menulis, dll.
Karya-karyanya yang terkenal
a. Asy-syifa terdiri dari logika
fisika, matematika dan metafisika (ketuhanan)
b. An najat
c. Al-isyarat wat-tanbihat
d. Al-hikmah al-masyriqiyyah mengenai
tasawuf tetapi menurut carlos nallino, berisi filsafat timur sebagai imbangan
filsafat barat
e. Al-qonun
2. Dasar-dasar fisika
Ibnu
Sina seperti halnya al Farabi, mengambil teori tersebut dari Aristoteles,
dengan mengatakan bahwa benda alam terdiri darinya (maddah) sebagai tempat dan
dari shurat sebagai perkara yang bertempat padanya. Pertalian benda shurah sama
dengan pertalian perunggu dengan patuh, jadi benda alam mempunyai tambahan
(perkara yang mengikutinya) yaitu aradh (sifat-sifat) seperti gerak, diam dan
lain-lain.
Perbedaan
shurah dengan aradh ialah kalau aradh terdapat sesudah ada benda, sedangkan
shurah terdapat sebelum benda. Gerak dan diam menurut Ibnu Sina “tiap-tiap
gerak terdapat perkara yang bisa bertambah atau berkurang. Sedangkan Jauhar
(benda kecil/atom) tidak demikian keadaannya (tidak mengenal gerak). Dengan
demikian perpindahan dari satu tempat ke tempat lain adalah gerak, begitu pula
perpindahan dari putih ke hitam (dalam bahasa arab disebut istihalah) dan
bertambah atau berkurangnya sesuatu bentik dikarakan juga gerak.
E.
Ibnu
Rusyd (520 – 595 H / 1126 – 1198 M)
1. Hidup dan karyanya
Beliau
adalah abdul walid Muhammad bin ahmad ibn Rusyd, kelahiran Cordova pada tahun
520 H, berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal di Andalusia
(Spanyol), ayahnya seorang hakim, dan neneknya terkenal dengan sebutan “Ibn
Rusyd nenek” (aljadd) kepala hakim Cordova.
Karangannya
meliputi berbagai macam ilmu seperti fiqih usul, bahasa, kedokterean, astronomi,
politik, filsafat, dan buku-bukunya:
a. Bidyatul mujtahidin (ilmu fiqih)
yaitu berisi perbandingan madzhab
b. Fashlul-maqalfi ma baina al hikmati
was-syariat min al-ittisal (ilmu kalam)
c. Manahij al-adillah fi aqaid ahl-al
millah (ilmu kalam)
d. Tashafur at-thohatut (filsafat dan
ilmu kalam
2. Dalil wujud Tuhan
Ibnu
Rusyd menerangkan dalil-dalil wujud tuhan menurut syara yang meyakinkan yaitu
dalil ‘inayah (pemelihara) dan dalil ihtira’ (penciptaan), yang kedia-duanya
terdapat dalam al-Qur’an, menurut beliau Al-Qur’an bisa dibagi menjadi 3
golongan, Pertama, ayat berisi peringatan
terhadap dalil ‘inayah. Kedua,
ayat-ayat yang berisi peringatan terhadap dalil ikhtira’. Ketiga, ayat-ayat yang berisi
peringatan kedua dalil tersebut bersama.
Dalil
inayah apabila ala mini kita perhatikan kita akan mengetahui apa yang ada di
dalamnya sesuai dengan kehidupan dan makhluk-makhluk lainnya. Persesuaian ini
bukan terjadi secara kebetulan. Tetapi menunjukkan adanya penciptaan yang rapi
dan teratur, yang didasarkan atas ilmu dan kebijakan, sebagaimana yang
ditunjukan oleh ilmu pengetahuan modern.
Dalil
iktira’, seperti halnya dengan dalil ‘inayah mendorong kita untuk mengikuti
keilmuan sejauh mungkin. Dalil tersebut lebih berguna pada dalil atom / dalil
wajib-mumkin dan lain-lain. Kelebihan dalil ikhtira’, ialah karena ia dipakai
oleh syara’ dan menguatkan adanya kebijakan Tuhan. Banyak ayat yang berisi
dalil ikhtira’ tersebut. Diantaranya ayat 5-6, surat At Thariq.
Dalil
gerak yang diambil dari Arsitoteles bahwa alam semesta ini bergerak dengan
sesuatu gerakan yang abadi dan gerakan ini mengandung adanya penggerak pertama
yang tidak bergerak dan tidak berbenda yaitu Tuhan, tetapi juga Ibnu Rusyd
mengatakan bahwa benda-benda langit beserta gerakannya dijadikan oleh tuhan dari
tiada dan bukan dalam zaman, karena zaman tidak mungkin mendahului wujud cara
yang bergerak, selama zaman itu kita anggap sebagai ukuran geraknya. Jadi,
gerakan menghendaki adanya penggerak pertama / sesuatu sebab yang mengeluarkan
dari tiada menjadi wujud (A. Hanafi; 1991: 172)
Dari
apa yang penulis tuliskan, sebebenarnya terdapat keterbatasan, yakni tidak
semua para filosof muslim penulis bahas dalam tulisan ini, terutama tidak semua
pula pendangan-pandangan para filosof yang dituliskan, hanya beberapa saja yang
penulis anggap mereka terkenal dalam bidang keilmuan yang penulis tuliskan.
Masih banyak lagi filosof muslim yang tidak penulis tuliskan, seperti ibnu
thufail, ibnu bajjah, ikhwan al-shafa dan lain sebagainya.
Maka
dapat disimpulkan, dari lahirnya para tokoh di atas tadi yang menjadi sebab
adanya karya-karya mereka yang banyak, merupakan hal yang membanggakan bagi
khazanah keilmuan islam. Sayangnya saja, karya-karya mereka yang banyak itu
tidak kita temui secara keseluruhan pada saat ini, karena terjadinya
keadaan-keadaan yang menyulitkan para filosof, seperti halnya kejadian yang
menimpa ibnu rusyd yang karya-karyanya di bakar.
Namun,
bukan berarti kita tidak dapat mempelajari karya-karya mereka yang tersisa saat
ini, kita juga dapat mempelajari karya-karya filosof yang lahir setelah mereka
dan dengan sebab ini pula banyak karya-karya baru yang mereka tuliskan sehingga
kita sebagai orang muslim tidak kehilangan akan khazanah keilmuan berkat jerih
payah mereka.
Semoga
dengan apa yang penulis tuliskan ini bermanfaat, setidaknya menambah
pengetahuan mengenai filosof muslim dan pemikirannya meski sedikit yang kami
cantumkan pada tulisan ini.
Sumber
Nasution
Hasyimsyah, filsafat islam, jakarta, Gaya media Pratama, 1998.
Setiawan, Agus. Armawan. 2015. Metodologi Studi Islam/Tokoh –Tokoh
Filsafat Islam Dan
Pemikirannya.
Diperoleh dari https://menantikau.wordpress.com
Comments
Post a Comment