Pentingnya
Menumbuhkan Kreativitas Pada Anak
Pada dasarnya, semua anak
memiliki potensi kecardasan yang luar biasa. Orang tua dan guru hanya perlu menyediakan
lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kecerdasannya. Di dalam
pendidikan anak, orang tua dan guru bukanlah pengajar. Orang tua dan guru diharapkan
memberikan stimulasi pada anak, sehingga terjadi proses pembelajaran yang
berpusat pada anak. Stimulasi dapat diberikan dengan memberikan kesempatan pada
anak untuk menjadi kreatif. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang,
menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan
pengalamannya sendiri. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan
imajinasinya.
Ketika anak mengembangkan
keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang
inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan
dalam mengingat sesuatu. Suatu cara yang mampu menyalakan percikan-percikan
kreativitas anak adalah dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya. Menurut
para ahli, otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right
hemisphere) yang disambung oleh segumpal
serabut yang disebut corpuss callosum.
Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis,
berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan
belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas.
Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi,
tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan. Mengetahui cara
mengorganisasi informasi, baik dalam pembelajaran, presentasi, atau dalam forum-forum
lain adalah keterampilan yang berharga. Ada orang yang teratur secara alamiah;
namun kebanyakan tidak. Kemampuan mengorganisasi bergantung pada usia dan gaya
belajar seseorang (apakah visual, auditorial, atau kinestetik). Dalam proses
menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan
cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal,
dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi
di kemudian hari.
Maka dari itu sebagai
seorang pendidik, salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan untuk siswa agar
mampu berfikir kreatif adalah dengan memberikan kepada mereka alat
mengorganisasi informasi yang baik, serta dapat menumbuhkan rasa minat mereka.
Sehingga siswa memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal baru sesuai dengan
kreativitasnya. Namun, sayangnya sistem pendidikan sekarang ini lebih kecenderungan
untuk memilih keterampilan-keterampilan “otak kiri” yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari
pada seni, musik, dan pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilan
berpikir secara kreatif.
Sebenarnya, anak-anak dapat
menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses menuangkan pikiran
menjadi tidak beraturan atau malah tersendat ketika anak-anak terjebak dalam
model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul.
Model dikte dan mencatat semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan
mengingat isinya, menghafal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar
dan mengajar di sekolah atau di mana saja menjadi kurang efektif ketika tidak
didukung oleh kreativitas pendidik atau anak itu sendiri.
Masalah-masalah lain
muncul ketika anak berusaha mengingat kembali apa yang sudah didapatkan,
dipelajari,direkam, dicatat atau yang dahulu pernah diingat. Beberapa anak mengalami
kesulitan berkonsentrasi, atau ketika mengerjakan tugas. Ini terjadi
dikarenakan catatan ataupun ingatannya belum teratur. Untuk itu dibutuhkan
suatu alat untuk membantu otak berpikir secara teratur.
Comments
Post a Comment