Konsep Berpikir (Thinking
Concept)
Definisi yang paling umum dari
berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini
berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi
yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa
pengertian-pengertian. Sedangkan menurut Drever berpikir
adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan
adanya masalah. Adapun menurut Solso: berpikir adalah sebuah proses dimana
representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan
interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,
logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Berpikir dapat diartikan sebagai
pross menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi
yang melibatkan interaksi secara kompleks antara atribut-atribut mental,
seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah
(Suharnan, 2005:280). “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita
berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir
saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca
koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan
mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari
aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang
disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan
juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Berpikir juga berarti
berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari
jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat
analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang
ada, menimbang, dan memutuskan.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara
mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan
ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun
simbol-simbol
Meyer menjelaskan bahwa secara
normal berpikir meliputi tiga komponen pokok. Pertama, berpikir adalah
aktivitas kognitif yang terjadi di dalam mental atau pikiran seseorang, tidak
tampak, tetapi dapat disimpulkan berdasarkan perilaku yang tampak. Kedua,
berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan
di dalam sistem kognitif. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan digabungkan
dengan informasi sekarang, sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai situasi
yang sedang dihadapi. Ketiga, aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan
pemecahan masalah.
Macam – macam Berpikir
Berpikir banyak sekali macamnya.
Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat mereka. Berikut ini akan dijelaskan
macammacam berpikir, yaitu :
1. Berpikir
alamiah adalah
pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam
sekelilingnya, misal; penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar jika
dikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar.
2. Berpikir
ilmiah adalah
pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat, misal;
dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada
saat yang sama dala satu kesatuan.
3. Berpikir
autistik: contoh
berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau wishful thinking.
Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat
hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
4. Berpikir
realistik: berpikir
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata, biasanya disebut dengan
nalar (reasoning). Floyd L. Ruch (1967) menyebutkan ada tiga
macam berpikir realistik, antara lain :
a.
Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere
(de berarti ‘dari’, dan kata ducere berarti ‘mengantar’, ‘memimpin’). Dengan
demikian, kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar dari
satu hal ke hal lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan
proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju
proposisi baru yang berbentuk kesimpulan (Keraf, 1994:57).
b.
Berpikir Induktif
Induktif artinya bersifat induksi. Sinduksi adalah proses berpikir yang bertolak
dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi).
Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas
fenomenafenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi
terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif,
proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir ilmiah. Namun, induksi
tidak akan banyak manfaatnya jika tidak diikuti oleh proses berpikir deduksi.
Berpikir induktif ialah menarik
suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya.
Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Tingkatan
berpikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini mendekatkan
manusia pada ilmu pengetahuan. Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir)
yang diambil secara induktif ini terutama bergantung pada representatif atau
tidaknya sampel yang diambil, yang mewakili fenomena keseluruhan.
Makin besar jumlah sampel yang
diambil, makin representatif dan makin besar taraf validitas dari kesimpulan
itu, demikian juga sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih
ditentukan pula oleh obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari
fenomena-fenomena yang diselidiki (Purwanto).
c.
Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif ialah berpikir
kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam
berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita
menilainya menurut kriteria tertentu.
Perlu diingat bahwa jalannya
berpikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam faktor. Suatu masalah
yang sama mungkun menimbulkan pemecahan yang berbeda-beda pula. Adapun faktor
faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain, yaitu bagaimana
seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah dialami
seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang tersebut,
serta bagaimana intelegensi orang itu.
Sumber:
Suharnan, 2005. Psikologi Kognitif,
Surabaya: Srikandi.
Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Comments
Post a Comment