Belajar Konsep
Belajar
konsep membantu untuk mengatasi keragaman yang spesifik dan tak terbatas dari
lingkungan dan untuk memperlakukan peristiwa-peristiwa yang memiliki
sifat-sifat yang sama sebagai bagian dari suatu jenis atau kelompok tertentu. Pembelajaran
konsep dapat mengupayakan individu untuk mampu merespon bentuk-bentuk yang
relevan (berhubungan) dengan konsep tersebut dan tidak menghiraukan (ignore)
bentuk-bentuk yang tidak relevan dengan mengidentifikasikannya. Dengan kata
lain dari banyak kata, bisa disempitkan lagi kepada hal yang lebih spesifik.
Pembelajaran konsep dipandang sebagai sebuah kombinasi dari perbedaan antara
kelompok-kelompok kejadian dengan generalisasi dalam kelompok-kelompok
kejadian.
Ciri-ciri
belajar konsep melibatkan stimulus (rangsangan), respon (tanggapan), dan
beberapa bentuk umpan balik (feed-back) kepada learner (pelatih).
Stimulus meliputi contoh positif dan contoh negatif, respon dapat memakai cara
yang paling sederhana sampai kepada yang agak rumit, dan umpan balik diberikan
sebagai pembetulan terhadap respon.
Adanya
pembentulan terhadap respon dapat dilihat dengan ada dua prosedur dasar dalam
pembelajaran konseptual, yaitu: reception paradigm (paradima
penerimaan) dan selection paradigm (paradigma seleksi). Pada
paradigma penerimaan, stimulus dihadirkan secara acak atau telah ditetapkan
sebelumnya oleh yang melakukan eksperimen dan subjek mengklasifikasikan
masing-masing stimulus tersebut. Sementara itu pada paradigma seleksi, subjek
diberikan keseluruhan bentuk dari stimulus pada permulaan eksperimen dan
kemudian memilih stimulus, percobaan dilakukan secara berulang-ulang dan
menginginkan adanya balikan (feedback).
Pembelajaran
konseptual terdapat beberapa atribut dan aturan. Atribut merupakan sifat atau
karakteristik stimulus yang relevan terhadap konsep. Konsep yang sederhana
mungkin hanya memiliki satu atribut seperti warna, sedangkan konsep yang lebih
rumit memiliki lebih banyak atribut, seperti warna dan rasa. Atribut dapat
menegaskan sebuah aturan konseptual, maksudnya konsep terhadap sesuatu objek
ada penguatan didalamnya.
Aturan dasar belajar
konsep, yaitu:
1. Aturan
Affirmation, menegaskan konsep secara
sederhana dengan pemberian atribut yang sederhana.
2. Aturan Conjunction, yaitu menjelaskan konsep
dengan menggabungkan dua atribut.
3. Aturan
Disjunction, yaitu menjelaskan konsep
dengan dua atribut dengan menggunakan hubungan dan/atau dari keduanya.
4. Aturan
Conditional, dimana sesuatu berlaku
sebagai sebuah atribut yang relevan tergantung pada adanya atribut lain.
5. Aturan
Biconditional, mengilustrasikan
contoh menggunakan dua atribut dengan hubungan jika dan hanya jika.
Belajar konsep dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni:
1. Positive
and negative instances (kejadian positif dan negatif).
Individu lebih cepat belajar dari kejadian positif dibandingkan kejadian
negatif.
2. Relevant
and irrelevant attributes (Atribut relevan dan tidak relevan).
Semakin banyak jumlah atribut relevan maka semakin mudah belajar konsep.
3. Stimulus salience
and abstractness-concreteness (kemencolokan, keabstrakan-kekongkritan
stimulus). stimulus yang mencolok dan konkrit akan mempermudah untuk belajar
konsep.
4. Feedback
and temporal factors (Umpan balik dan faktor sementara),
semakin banyak waktu yang diberikan untuk berpikir tentang suatu informasi,
semakin cepat kemungkinan memecahkan masalah.
5. Conceptual
rules (Aturan-aturan Konseptual), menjelaskan sebuah
konsep hanya dengan aturan pemberian atribut.
6. Memory
and intelligence (ingatan
dan intelegensi), ingatan dan factor intelegensi yang baik mempermudah dalam
pembelajaran konsep.
Selanjutnya ada tiga teori
dalam belajar konsep, yaitu:
1. Teori
asosiasi S – R, teori ini menekankan pentingnya hipotesis dan strategi
pendekatan kognitif.
2. Teori
tes hipotesis, lebih mengutamakan penyelesaian hipotesis dari pengambilan
keputusan.
3. Information–processing
theories (teori pengolahan informasi), menekankan pada ciri pengolahan
informasi manusia dalam belajar konsep.
Metode pembelajaran konsep
(Winston,1992), yakni:
1. Pembelajaran
dengan menganalisa perbedaan (learning by analyzing differences).
2. Pembelajaran
dengan menjelaskan pengalaman (learning by explaining experience).
3. Pembelajaran
dengan mengoreksi kesalahan.
4. Pembelajaran
dengan merekam kasus-kasus (learning by recording cases).
5. Pembelajaran
dengan membangun pohon-pohon identifikasi (learning by building
identification trees).
6. Pembelajaran
dengan melatih jaringan saraf tiruan, dan
7. Pembelajaran
dengan evolusi simulasi.
Adapun beberapa
prinsip-prinsip praktis dalam belajar konsep, sebagai berikut.
1. Think
of new examples of concept, memikirkan contoh-contoh baru untuk konsep
tersebut.
2. Use
both positive and negative instances, menggunakan kejadian atau
contoh-contoh positif dan negatif.
3. Use
a variety of example, menggunakan contoh-contoh yang bervariasi.
4.High-light
relevant features, berikan penekanan pada bentuk-bentuk
relevan, untuk menhindari terjadinya kesalah pahaman.
Comments
Post a Comment