Skip to main content

Konteks Kurikulum Paulo Freire



Konteks Kurikulum Paulo Freire
Freire menyatakan bahwa kurikulum yang isinya hanya iptek berperan melayani the dominant order. Mereka menolak praktik pendidikan yang berupaya menyingkap idiologi dominan atau mereduksi pendidikan sebagi transfer isi semata-mata yang di anggap cukup untuk menjamin kehidupan yang bahagia. Mereka menganggap sebuah kehidupan yang berbahagia adalah jika seseorang di dalamnya beradaptasi tanpa marah, tanpa protes, dan memimpikan transformasi, tetapi mengalir sejalan. 
Selain itu pendidikan yang memisahkan kata, teks, dari konteks, dunia, dan mereduksi menjadi pelatihan technicalities, tidak membawa siswa belajar. Ini karena epistemological curiosity-nya tidak berkembang, dihambat untuk berkembang karena dibatasi hanya untuk mengakomondasi technicalities yang ada tampa memahaminya secara kritis.
Adapun menurut Freire isi kurikulum harus bermuara pada dan untuk humanisasi, bukan sekedar menghasilkan pekerja. Dalam kurikulum yang pro-neoliberalisme, para siswa di didik untuk menjadi pekerja dan professional yang menyerahkan urusan politik kepada para pembuat kebijakan resmi oleh pemimpin masyarakat. Kuriulum netral keliru ini mendidik para siswa untuk mengamati fenomena tanpa mempertimbangkan (judging), memahami dunia berdasarkan konsensus resmi, melaksanakan perintah tampa mempertanyakannya, seakan masyarakay yang ada sudah baik-baik adanya.
Pelajrannya menenkankan techniques, bukan kontak kritis dengan realitas. Isi pendidikan harus mencakup keduannya, baik techniques maupun pemahaman politik. Sebagai contoh, pengajaran biologi berisi biologi sebagai isi kurikuler, juga menantang siswa untuk berdiskusi tentang sudut-sudut pandang sosial, idiologis atau politis. Ringkasnya, disampaikan oleh Freire (Shor & Freire, 1987:14): “Besides being an act of knowing, education is also a political act. That is whay no pedagogy is neutral.” Pendidikan adalah politik. Pendidikan memiliki kualitas-kualitas yang bersifat politik yang membentuk proses belajar.
Selain itu Freire menolak anggapan netralitas atau objektivitas sains. Anggapan yang demikian dalam pembelajran menuntut siswa hanya mendeskripsikan apa yang mereka lihat dalam buku teks atau dalam masyarakat, tidak ada lainnya karena tugas sainstis buan melakukan interpretasi, hanya mendeskripsikan fenomena. Tentunya mereka akan melanjutkan dengan mengatakan bahwa bukan tugas sainstis untuk tugas berpikir melakukan perubahan realitas. Jika begini adanya saintis dikebiri menjdi birokrat universitas dan pusat riset.

Sumber
Kesuma, Dharma & Teguh Ibrahim. 2016. Struktur Fundamental Pendagogik:
            Membedah Pemikiran Paulo Freire. Bandung: PT Refika Aditama.
                                    


Comments

Popular posts from this blog

Hubungan Epistemologi, Metodologi, Dan Metode Ilmiah

Hubungan Epistemologi, Metodologi, Dan Metode Ilmiah Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan, melainkan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Senn, 2002). Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu. Jika metode merupakan prosedur ...

Implementasi Dalam Penelitian

Implementasi Dalam Penelitian Pelaksanaan penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, sebenarnya merupakan langkah-langkah sistematis yang menjamin diperoleh pengetahuan yang mempunyai karakteristik rasional dan empiris. Secara filosofis kedua pendekatan tersebut mempunyai landasan yang berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada filsafat positivistik. Filsafat positivistik berpandangan bahwa gejala alam dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Proses penelitian dimulai dari proses yang bersifat deduktif, artinya ketika menghadapi masalah langkah pertama yang dilakukan adalah mencari jawaban secara rasional teoretis melalui kajian pustaka untuk penyusunan kerangka berpikir. Bagi penelitian yang memerlukan hipotesis, kerangka berpikir digunakan sebagai dasar untuk menyusun hipotesis. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan dan menganalisis data. Tujuan utama langkah ini adalah un...

Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan Mistik

Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan Mistik A.     Ilmu 1.     Hakikat ilmu Ilmu bersifat rasional Contoh: Air selalu menempati ruang 2.     Struktur ilmu Metode ilmiah Contoh: Makhluk hidup yang ada didunia ini selalu berkembang dan tumbuh 3.     Epistimologi ilmu Epistimologi yang mengkaji pengetahuan manusia. Pembagian epistimologi yang meliputi epistimologi umum (memunculkan pertanyaan  ada apa? ), epistimologi khusus (memunculkan pengetahuan yang diproses dan dapat di pertanggung jawabkan, metodologi (mengkaji langkah-langkah praktis untuk memperoleh pengetahuan yang benar).  Pada mulanya sumber pengetahuan adalah akal. Adapun pengembangan yang lain menyatakan pengalaman, nalar, intuisi, keyakinan, otoritas dan wahyu merupakan sumber pengetahuan. Sumber pengetahuan merupakan sumber dalam rangka mencari kebenaran. Dimana teori kebenaran terdiri atas teori korespondensi, teori koherensi, teori...