Hukum
Sebab Akibat (Karma)
Karma
adalah konsep dasar dalam ajaran agama Dharma. Berakar dari dua kata, yaitu
karma dan phala berarti “perbuatan” atau “aksi”, dan phala berarti “buah”atau
“hasil”. Jadi, karma phala berarti “buah dari perbuatan yang telah dilakukan
atau yang akan dilakukan”. Karma phala memberi optimism kepada setiap manusia,
bahkan semua mahluk hidup. Apa pun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang
akan kita terima. Yang menerima adalah yang berbuat, bukan orang lain.
Dalam
konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perkataan,
dan tingkah laku. Ketiganyalah yang akan
mendatangkan hasil bagi yang berbuat. Jika perbuatannya baik, hasilnya pasti
baik, demikian pula sebaliknya. Karma phala terbagi atas tiga hal, yaitu: Sancita Karma Phala (hasil yang diterima
pada kehidupan sekarangatas perbuatannya di kehidupan sebelumnya), Parabdha karma Phala (perbuatan yang
dilakukan pada kehidupan sekarang hasilnyaakan diterima di kehidupan sekarang
juga), dan Kryamana Karma Phala (perbuatan
yang dilakukan di kehidupan saat ini, hasilnya akan dinikmati pada kehidupan
yang akan datang). Karma mengikuti kita dari satu masa di kehidupan lain.
Dengan
demikian, pengajaran tentang konsep karma adalah semua yang dilakukan untuk
diri kita sesungguhnya kita lakukan untuk orang lain (bisa jadi dia adalah
garis keturunan kita ke atas). Persoalannya jika semua orang mempunyai
penglaaman buruk yang didasari oleh beberapa kesalahan semasa hidupnya, maka
kita menemukan diri sendiri dalam argumen melingkar. Artinya, kita menerima
akibat dari keburukan-keburukan orang lain pada masa lalu. Apakah ini masuk
akal?
Oleh
karena itu, kesalahpahaman tentang karma adalah bahwa apa pun yang kita terima
dihubungkan pada sebab terdahulu sebagai sebuah hukuman yang tidak dapat
dibatalkan, sehingga kesalahan terdahulu harus ditebus. Apakah benar demikian?
Sesungguhnya kita dapat mengambil dan mempelajari ilmu pengetahuan untuk
melewati kehidupan dan mengubah sikap menjadi lebih positif. Tentu, dengan
sikap positif kita bisa menciptakan kebijaksanaan yang dapat melepas bayang-bayang
karma.
Kemudian
jika segala sesuatu yang buruk dalam kehidupan adalah hasil dari kesalahan pada
masa sebelumnya, kita bisa mempertanggung jawabkan segala keputusan yang kita
ambil, bukan oleh sebab-akibat dari orang terdahulu. Namun, hal itu dapat kita
artikan secara lebih luas. Kita bebas menentukan jalan roda kehidupan yang
sesungguhnya serta memperingan kesalahan-kesalahan orang terdahulu, minimal
dalam bentuk doa, sehingga kita menjadi arif melihat sebab-akibat yang kita
jalani sekarang untuk masa depan.
Namun
bagi yang meyakini karma, karma yang belum terselesaikan akan datang setiap
saat. Karma dianggap dapat mengambil hidup kita dalam waktu singkat, tergantung
pada seberapa baik kita menggunakan pengetahuan kita dalam setiap tindakan.
Pastinya setiap orang tidak ingin terus terjebak dalam perputaran karma, namun
biarlah masing-masing individu menilai apa karma itu sebenarnya.
Comments
Post a Comment