Belajar Verbal
Pelaksanaan belajar
secara sistematik yang dilakukan pada pembelajaran individu biasanya dimulai
dengan pembelajaran verbal, topik-topik utama yang sering dibicarakan dan
menjadi perhatian merupakan proses asosiasi secara verbal. makna umum belajar
verbal adalah semua situasi belajar yang menghendaki pelajar melakukan respon
terhadap materi verbal, seperti kata atau memberikan respon yang bersifat
verbal. Ia mencakup berbagai rentangan situasi belajar mulai dari asosiasi
terhadap sesuatu yang tidak bermakna apa-apa, seperti mengingat daftar huruf
acak, sampai ke pemecahan masalah verbal yang bersifat kompleks, misalnya
proses pemecahan masalah, proses berpikir, dan pembentukan konsep yang
keseluruhannya bersifat kompleks dan abstrak.
Pembelajaran verbal
ini dilaksanakan melalui empat prosedur pokok, yaitu: Serial Learning,
Paired Associate Learning, Free Recall dan Recognition
Learning. Pembelajaran Serial merupakan unit verbal yang diberikan
dalam susunan yang sama dari hasil proses mencoba secara berulang-ulang.
Sebagai contoh, nama urutan hari dalam satu minggu, urutan nama satu bulan
dalam satu tahun. Si pelajar harus tahu terlebih dahulu item-item nama hari
atau bulan, yang pada akhirnya ia harus mengurutkan nama-nama hari dan bulan
tersebut hingga tersusunlah sebuah daftar hari dan bulan dengan tepat dan
benar.
Pada pembelajaran
Asosiasi Berpasangan (Paired Associate Learning) tugas pelajar adalah
mempelajari hubungan pasangan-pasangan setiap item, satu orang memberikan
stimulus tentang sebuah item dan orang ke dua memberikan tanggapan. satu
pemberi stimulus dan pihak lain sebagai pemberi respon. Contoh dalam
perbendaharaan bahasa asing, satu orang menyebutkan bahasa asing dan satu orang
menyebutkan artinya. Misalnya, “book” – “buku”, dan sebagainya.
Selanjutnya,
Pembelajaran Mengingat Bebas (Free Recall), yaitu subjek atau pelajar
mengingat kembali dan menyatakan kembali pada satu waktu tentang apa kata-kata
yang dipelajarinya, dan ia harus mengingat tanpa memperhatikan tata urutan dari
sejumlah item kata-kata tersebut. Maksudnya, si pelajar sebelumnya telah
diberikan sejumlah urutan kata-kata yang dihafalkannya, dan suatu waktu ia
diminta kembali untuk mengingatnya secara bebas tanpa urutan tertentu.
Misalnya, seperti kata-kata berikut ini : Mito, Nexian, Nokia, Soni Erikson,
Samsung macam merek HP, boleh tanpa berurutan Samsung, Nokia, Nexian, Mito,
Soni Erikson macam merek HP.
Pembelajaran
Pengenalan (Recognition Learning), yaitu proses belajar di mana pelajar
ditunjukkan pada fase tertentu sejumlah kata-kata kemudian pelajar diuji untuk
melihat tingkat pengenalan terhadap langkah-langkah selanjutnya. Selama ujian
berlangsung pelajar menyebutkan “ya” atau “tidak”, “lama” atau “baru”. Jika
kata yang disajikan itu termasuk kata-kata yang diujikan pada langkah-langkah
sebelumnya, maka ia menjawab “ya” atau “tidak” jika sebaliknya. Contoh, pada
saat pelajar mengucapkan kata-kata “kucing”, maka si pelajar mengatakan “ya”,
dan “tidak” jika pelajar menyebutkan kata “harimau”, karena sebelumnya memang
tidak ditunjukkan kepada pelajar gambar harimau.
Berdasarkan prinsip
asosiasi, pembelajaran verbal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: meaningfulness (kebermaknaan), similarity (kesamaan).
Secara umu kebermaknaan dapat gambarkan berdasarkan jumlah asosiasi yang
ditunjukkan oleh suatu unit verbal. Item-item yang lebih bermakna akan
menghasilkan lebih banyak mengaitkan, dengan kata lain mengaitkan mempunyai
hubungan yang sama antara satu stimulus dengan responnya. Misalnya, jika
stimulus dari Beasiswa tinggi, maka respon dari Hasil belajar juga tinggi.
Dampak kesamaan
tergantung pada jenis tugas pembelajaran verbal, pada kasus tertentu, kesamaan
membantu pembelajaran dan sebagian lagi menghambat pembelajaran. Maksudnya jika
item-item memiliki kesamaan yang tinggi maka dengan mudah dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu, sehingga pelajar akan
mudah mengingat berbagai jenis item melalui pengingatan kategori tersebut. Efek
kesamaan ini mencakup kesamaan pada makna dan konsep. Kesamaan makna dalam
sinonim kata, seperti kata produktif, kerja keras, efisien, ambisius dan
sebagainya. Kesamaan konsep dalam serangkaian kata, misalnya: sabang sampai
meroke adalah serangkaian kata-kata yang menunjukkan luasnya negara republik
Indonesia.
Dalam pembelajaran
verbal terdapat empat tahap pembelajaran, yakni: response and
associative learning, stimulus discrimination, stimulus selection, dan stimulus
coding. Pada tahap respon dan pembelajaran asosiasi, respon-respon
yang masih bisa kita ingat dipelajari kembali secara langsung, kemudian
menyangkutkannya respon tersebut terhadap stimulus. Dengan demikian respon
menjadi terintegrasi sehingga dapat diingat, kemudian dilanjutkan dengan tahap
asosiasi yakni mengaitkan suatu respon pada stimulus tertentu. Respon-respon
yang memiliki tingkat kebermaknaan rendah atau sulit dalam pengucapan, perlu
dipelajari dengan tekun. Dengan demikian respon yang tepat tetap dapat dicapai.
Upaya ini merupakan bentuk pembelajaran asosiasi yang dilakukan secara
berulang-ulang.
Tahap kedua dalam
pembelajaran verbal yakninya pendiskriminasian stimulus. Pendiskriminasian
antar stimulus-stimulus merupakan dasar dalam pembelajaran asosiasi
berpasangan. Dalam pembelajaran individu belajar mengasosiasikan stimulus yang
spesifik dan akan menghasilkan respon yang berbeda. Semakin tinggi tingkat
kesamaan stimulus, maka semakin penting persamaan tersebut.
Tahap seleksi
stimulus merupakan upaya melakukan pemilihan stimulus yang berfungsi untuk
pembelajaran yang lebih efesien. Pada tahap ini pelajar/ individu bertindak
sebagai pengolah informasi yang aktif dari sejumlah organism yang pasif. Pada
tahap seleksi stimulus ini, individu dapat mengenali objek yang utuh (nominal
stimuli) hanya dengan melihat atau mengingat beberapa bagian (functional
stimuli) dari objek tersebut. Contoh dari seleksi stimulus, dari
sejumlah urutan kata-kata DUIT, konsep dari menuju keberhasilan berasal dari
konsep Doa, Usaha, Ikhlas, Tawakal.
Tahapan keempat yakni
pengkodean stimulus, yaitu suatu proses dimana kita merubah atau
mentransformasikan sejumlah stimulus ke beberapa bentuk baru atau penyajian.
Saat kita melihat gambar segitiga lingkaran dan sebagainya, maka kita
mengkodekan ke ingatan kita bahwa itu merupakan “segitiga”.
Beberapa contoh
penelitian pembelajaran verbal yang berdasarkan pendekatan kognitif, yaitu:
1. Clustering in
free recal
Pemetaan informasi
menurut persepsi pelajar merupakan proses mengingat kembali secara bebas melalui
pemetaan informasi. Materi yang disimpan dalam memori, dapat dipanggil kembali
dengan bebas dan untuk membantu agar mudah mengingatnya, maka informasi
asosiasi yang saling berdekatan perlu dipetakan (clustering).
2. Subjective organization
Yaitu memberikan
susunan sendiri pada daftar-daftar verbal jika tidak ada struktur atau susunan
yang terlihat. Misalnya, dalam latihan mengingat bebas berulang untuk suatu
daftar kata-kata yang sangat tidak berkaitan, setiap subjek secara bertahap
mengingat daftar dalam cara yang lebih konsisten.
3. Coding
Pengkodean informasi
atau simbol yang akan diingat. Informasi diusun kembaliagar lebih udah diingat.
4. Mentalimagery
Yaitu kemampuan kita
untuk menggunakan bayangan secara mental, misalnya mempelajari kata-kata dengan
membayangkan sesuatu.
Proses motivasi dalam
pembelajaran verbal dipengaruhi oleh pembelajaran yang dilakukan dengan sengaja
dan pembelajaran yang berlangsung secara insidentil. Motivasi juga akan
dipengaruhi oleh adanya faktor keemasan individu. Kecemasan ini dapat saja
berkembang menjadi ketidaknyamanan apabila tugas-tugas belajar terlalu sulit
dan kompleks. Untuk itu kecemasan seperti ini harus mampu dikelola menjadi
kecemasan yang dapat dirubah menjadi faktor pendorong unuk lebih giat. Jadi
kecemasan dalam kadar kecil justru dibutuhkan untuk memperoleh motivasi
belajar.
Sumber
Bahri
Syaiful Djamarah. Psikologi Belajar (edisi 2). Jakarta: Rineka
Cipta.
2008.
Ellis, Hendry C. 1978. Fundamentals
of Human Learning, Memory, and
Cognition. Mexico, Wm. C. Brown Company Publishers
Dubuque, Lowa.
Comments
Post a Comment