Jenis dan Sifat Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah memiliki jenis
tersendiri yang berbeda dengan kebenaran laiinya, setidaknya ada tiga jenis
kebenaran ilmiah.
1.
Kebenaran
ontologikal, yaitu kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala
sesuatu yang ada maupun diadakan
2.
Kebenaran
epistimologikal, yaitu kebenaran dalan hubunngannya dengan pengetahuan manusia.
3.
Kebenaran
semantikal, yaitu kebenaran terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan
bahasa.
Kebenaran tidak dapat begitu saja
terlepas dari kualitas, sifat, hubungan dan nilai ilmu itu sendir, setiap
subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang
amat berbeda satu dengan yang lainnya, dan disitu terlihat sifat-sifat dari
kebenaran. Sifat kebenaran dapat dibedakan menjadi tiga hal yaitu sebagai
berikut.
Pertama, kebenaran yang berkaitan
dengan kualitas pengetahuan, dimana setiap pengetahuan yang dimiliki ditilik
dari jenus pengetahuan yang dibangun, yakni
a.
Pengetahuan
biasa atau disebut ordinary knowledge atau common sense know-ledge.
b. Pengetahuan
ilmiah yaitu pengetahuan yang telah mebetapkan objek yang khas atau spesifik
dengan menerapkan metodologi yang telah mendapat kesempatan para ahli sejenis.
c. Pengetahuan
filsafat, yaitu kenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi
pemikiran filsafat, bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran
analitis, ktitis, dan spekulatif.
d. Pengetahuan
agama, yaitu pengetahuan yang bersifat dogmatis yang selalu dihampiri oleh
keyakinan tertentu sehingga penyataan dalam kitab suci agama memiliki nilai
kebenaran seduai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.
Kedua, kebenaran yang dikaitkan
dengan sifat atau karakteristik daru bagaimana cara dengan alat apakah
seseorang membangun pengetahuan. Implikasi dari penggunaan alat untuk
memperoleh pengetahuan akan mengakibatkan karakteristik kebenaran yang
dikandung oleh pengetahuan akan memiliki cara tertentu untuk membuktikannya.
Jadi jika membangun pengetahuan melalui indra atau sense experience, maka
pembuktiannya harus melalui indra pula.
Ketiga kebenaran dikaitkan atas
ketergantungan terjadinya pengetahuan. Membangun pengetahuan tergantung dari
hubungan antara sujek dan objek mana yang dominan. Jika subjek yang berperan,
maka jenis pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran yang bersifat subjektif.
Sebalilnya, jika objek yang berperan, maka jenis pengetahuannya mengandung
nilai kebenaran yang sifatnya objektif.
Sumber
Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi Ke Arah Filsafat Ilmu. Jakarta:
Prenadamedia Group
Comments
Post a Comment