Transfer Hasil Latihan
Menurut slameto (dalam Syaiful, 2008:223),
bahwa transfer belajar adalah pengaruh yang diperoleh pada waktu yang lalu
terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Dan menurut
WS.Winkel (dalam Syaiful, 2008:223), bahwa transfer belajar adalah pemindahan
atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi lain atau
kehidupan sehari-hari dalam ruang lingkup pendidikan sekolah. Dengan adanya
pemindahan ini buruh adanya latihan yang baik sehingga transfer mendapatkan
hasil yang baik.
Transfer hasil latihan merupakan pengaruh
kebiasaan yang dipelajari sebelumnya terhadap penampilan individu pada situasi
yang baru. Pengaruh yang terjadi tersebur dapat saja bersifat membantu namun
juga bias bersifat menghambat. Namun, pada intinya setiap proses pembelajaran
akan selalu terbawa ke dalam situasi pembelajaran baru, walaupun dalam kadar
yang sangat kecil. Selain itu ada faktor penghambat transfer belajar:
1.
Taraf
inteligensi dan sikap,
2.
Metoden
guru dalam mengajar,
3.
Isi mata
pelajaran.
Selanjutnya ada tiga bentuk transfer hasil
latihan, yaitu: bentuk positif, negatif dan nihil. Transfer positif terjadi
apabila pembelajaran sebelumnya membantu atau mempermudah bagi pembelajaran
berikutnya. Sementara itu transfer negative terjadi apabila pelajaran yang
sebelumnya menghambat bagi pembelajaran berikutnya. Pada transfer kosong
pembelajaran yang lama tidak mempengaruhi penampilan pada pembelajaran baru.
Paradigma dasar yang mengkaji transfer
keterampilan lama ke dalam pembelajaran keterampilan baru. Paradigma merupakan
sebuah skema atau cara ringkas untuk mendeskripsikan hubungan antara tugas lama
dengan tugas baru. Hubungan ini divariasikan untuk melihat besarnya pengaruh
atau tingkat transfernya, apakah negatif, positif, atau zero. Salah satu dari
paradigma tersebut adalah paradigma A-B – C-D. Pada paradigma
ini stimulus dan respon yang diberikan pada pembelajaran atau latihan pertama
tidak berkaitan dengan yang diberikan pada pembelajaran kedua. Paradigma
berikutnya adalah A-B – A-D, artinya respon pada pembelajaran terdahulu
memiliki keterkaitan dengan respon pada pembelajaran berikutnya. Paradigma
ketiga berbentuk A-B – C-B, artinya stimulus pada
pembelajaran pertama memiliki keterkaitan dengan stimulus yang ada pada
pembelajaran berikutnya.
Paradigma keempat yaitu A-B – A-Br.
Pada paradigma ini, kedua stimulus awal dan transfer sama, kedua respon pada
dasarnya sama, namun pada saat transfer subjek harus memperbaiki/ melengkapi
respon. Contoh : Hari ini saya melihat mind mapping yang lebih
bagus dari hari-hari sebelumnya. Selain
bersumber transfer khusus (specific), juga dari transfer pembelajaran respon,
yaitu bahwa kita mampu mendapatkan manfaat dari apa yang dipelajari sebelumnya
karena respon yang kedua mirip dengan respon pada latihan pertama. Semakin
rendah tingkat kebermaknaan respon, semakin besar pengaruh transfer positif
yang disebabkan oleh proses pembelajaran ketika respon yang sama diperoleh.
Transfer dapat disebabkan oleh sumber umum
dan sumber khusus, dan mungkin juga gabungan dari keduanya. Transfer umum
adalah warm-up (pemanasan), yaitu berkaitan dengan learning to learn, namun
perbedaan yang mendasar di antara keduanya adalah bahwa warm-up mempunyai
pengaruh yang lebih bersifat jangka pendek, yang biasanya tidak lebih dari satu
jam. Misalnya dalam mempelajari satu mata pelajaran, kemudian pindah ke
pelajaran lain, dan bila istirahat dalam waktu yang agak lama menyebabkan apa
yang dipelajari sebelumnya menjadi hilang.
Komponen khusus yaitu kemiripan tugas pada
tahap pembelajaran pertama dan kedua dengan menggunakan respon yang berbeda.
Sumber transfer khusus lain adalah diskriminasi stimulus. Jika stimulus sangat
mirip, proses menghendaki lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas daripada
bila kemiripan rendah. Walaupun paradigma A-B – A-D sering
menghasilkan transfer negatif, pada saat kemiripan stimulus meningkat, maka
transfer positif dari stimulus diskriminasi akan lebih besar.
Jika kemiripan stimulus bervariasi dan respon
diubah, akan diperoleh suatu keterbatasan di dalam aturan umum bahwa kemiripan
membantu transfer. Jika respon di dalam tugas berbeda dari yang ada dalam tugas
pertama, maka semakin besar kemiripan stimulus, semakin kurang proses transfer.
Sehingga pada saat stimulus menjadi semakin mirip, maka dampaknnya berubah dari
transfer positif ke transfer negatif. Dan sebaliknya, akan
ditemui bahwa kesulitan mempelajari kebiasaan baru menjadi berkurang.
Kemiripan di antra dua
tugas merupkan faktor utama dalam menghasilkan transfer. Mialnyatransfer dari bahasa Prancis ke bahasa
Spanyol, dan dari mengendarai sebuah mobil ke mobil lain yang berbeda. Dalam
hal ini ada tiga jenis kemiripan. Kemiripan pertama yakni kemiripan peritiwa,
yaitu dengan mengukur jumlah elemen yang secara umum dimilki oleh dua
peristiwa. Misalnya kemiripan tiga rangkaian huruf, TRM dan TRH, dapat
dikatakan sangat mirip secara formal karena kedua kelompok huruf tersebut
memiliki dua huruf yang sama. TRM dan BKM kurang mirip karena secara formal
hanya ada satu huruf yang sama. Sementara TRM dan KJC secara formal tidak mirip
karena tidak ada huruf yang dimiliki bersama oleh kedua kelompok huruf
tersebut. Dalam hal bahasa, dapat dikatakan bahwa bahasa Prancis dan Spanyol
sangat mirip karena banyak kata-kata yang dimiliki bersama oleh kedua bahasa
tersebut. Sementara bahasa Prancis dan China tidak mirip karena banyak
kata-kata yang tidak ada di dalam masing-masing bahasa tersebut.
Kemiripan yang kedua terdapat pada stimulus
dan respon jika dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang serupa. Apabila
stimulus bervariasi dan respon tetap serupa, maka transfer positif meningkat
bersamaan dengan peningkatan kemiripan stimulus tersebut. Bila kemiripan stimulus
meningkat, maka jumlah transfer juga meningkat. Stimulus dan respon pada kedua tahap, awal
dan transfer dapat dikembangkan dengan memvariasikan kemiripannya. Misalnya,
menggunakan paradigma A-B – A-B’; A-B – A’-B;
A-B’ – A-B; A’-B – A-B, dan lain-lain. Dengan
kata laian kita dapat memvariasikan paradigma seperti paradigma pada tugas
transfer berpasangan, yaitu;
1.
Stimulus
di dalam daftar kedua diubah,
2.
Respon
diubah,
3.
Stimulus
dan respon diubah,
4.
Kemiripan
stimulus dan respon divariasikan.
Pada pembelajaran transfer latihan, ada
beberapa teori yang dikemukakan, yakni: teori penggeneralisasian, mediasi, dan
teori kognitif. Teori penggeneralisasian memakai konsep yang ada pada
pembelajaran pengkondisian dan pengembangan dari pembelajaran verbal pada
individu. Menurut teori ini jumlah transfer tergantung pada kemiripan stimulus dan
arah transfer, dalam hal ini positif atau negatif. Sementara itu berdasarkan
teori mediasi, respon mirip dengan di dalam paradigma A-B –
A’-B, basis transfer adalah mediasi. Teori mediasi merupakan sebuah tipe teori
stimulus respon, tetapi ia lebih fleksibel dari teori generalisasi, karena
teori ini berasumsi adanya operasi proses implisit yang menghubungkan antara
stimulus lingkungan dengan pengalihan respon. Contoh : Saya mau kalau .... atau
jika saya......
Teori kognitif
berkaiatan dengan cara individu memperoleh dan mentransfer rumus-rumus,
prinsip, strategi, dan ilmu pengetahuan. Teori ini menekankan pada usaha aktif
dari individu sebagai siswa pelajar untuk memahami beberapa hal tersebut dan
menerapkannya pada situasi pembelajaran baru. Sebuah asumsi yang terpenting
dalam teori kognitif ini adalah bahwa pembelajaran merupakan suatu struktur
atau organisasi mental yang tersusun dengan sempurna yang kemudian digunakan
dalam pemecahan masalah dalam situasi baru. Secara umum, teori ini melihat
transfer yang efektif dihubungkan dengan peran aktif dari pelajar dalam
menerapkan rumus-rumus, prinsip, strategi, dan ilmu pengetahuan.
Empat penerapan dari konsep transfer.
Pertama, latihan dilakukan di bawah kondisi tugas yang bervariasi. Kedua, untuk meningkatkan
transfer posistif maka pendiskriminasian harus dimulai dari hal yang mudah ke
yang sulit. Transfer akan cenderung terjadi jika pertama kali dimulai dari
lebih mudah, dan kemudian secara bertahap berubah ke aspek yang sulit. Ketiga,
variasi pada tugas pembelajaran yang pertama karena mempengaruhi jumlah
transfer yang dihasilkan. Latihan yang baik adalah yang memberikan latihan yang
cukup dengan tugas pembelajaran sehingga dapat mengurangi gangguan selama
pembelajaran tugas kedua atau memaksimalkan transfer positif. Keempat, untuk
memaksimalkan transfer positif harus memperhatikan kemiripan tugas pada kondisi
transfer. Mengusahakan kondisi pembelajaran hampir sama atau mirip dengan
kondisi tes.
Sumber: Bahri Syaiful Djamarah. 2008. Psikologi Belajar (edisi 2).
Jakarta: Rineka Cipta.
Comments
Post a Comment