Bagaimanakah Pendidikan di Indonesia
Dunia persekolahan di Indonesia identik
dengan pengajaran. Orientasi sekolah yang kuat adalah pengalaman. Ujian Nasional
selama bertahun-tahun lebih bermaksud mengukur pencapaian pengetahuan dalam
ranah kognitif-akademik saja. Dan hasilnya pun kurang atau tidak memuaskan
banyak pihak. Disamping itu langkanya sekolah yang mengorganisasikan dan
memanajemini kurikulum yang juga menangani masalah-masalah soasial disamping
masalah akademik, seakan hasil belajar seperti yang digariskan oleh taksonomi
kognitif Bloom.
Diduga kenyataan seperti ini, telah
berlangsung lama dengan beberapa kali perubahan kurikulum. Dalam kehidupan
harian dunia persekolahan Indonesia, terbaca bahwa pendagogi Indonesa dewasa
ini berorientasi akademik. Beberapa artefaknya yang berumur panjang antara
lain: UN (Ujian Nasional). Dalam hal ini hanya berorientasi pada akademik saja,
artinya hanya pada pengetahuan dan keterampilan atau iptek. Orientasi lain
seperti relasi-relasi sosial, kultural, politis dan kemanusiaan seolah-olah
terabaikan pada pendagogi akademik tersebut.
Lain halnya dengan pendagogi kritis
sebagaimana dikemukakan oleh Giroux (1994: 24) bahwa pendagogis kritis
memancarkan sinyal-sinyal pertanyaan tentang sasaran belajar, pendapat,
kekuasaan, dan evaluasi secara aktif bekerja mengkontruksi relasi-relasi antara
guru-guru dan para siswa, institusi-institusi dan masyarakat, dan ruang-ruang
kelas dan komunitas. Pendagogi dalam artian kritis mengiluminasikan relasi-relasi
antara pengetahuan, otoritas dan kekuasaan. Pendagogik Freire yang komprehensif
harus dianalisis secara kritis melalui sebuah penelitian dalam bentuk sebuah
analisis konseptual. Hasilnya akan sangat bermanfaat bagi mereka yang
berkepentingan untuk melakukan konseptualisasi penfagogik, termasuk konseptualisasi
pendagogi Indonesia.
Maka dengan jelas bahwa pendidikan
kita adalah pendidikan yang berorientasi pada konsumsi pengetahuan kurang fokus
pada bagaimana pengetahuan diproduksi. Adapun masalah yang teridentifikasi
adalah proses pendidikan/pembelajaran yang masih menunjukkan, bahwa guru masih
mempunyai peran sentral dalam pembelajaran, lebih teacher oriented.
Selanjutnya siswa memperoleh pengetahuan dalam tingkatan memorisasi. Serta
pemilikan pengetahuan lebih bersifat konsumtif dari pada memproduksi
pengetahuan, jauh dari upaya mengtransformasikan kehidupan individu dan Sosial.
Sumber
Kesuma, Dharma & Teguh
Ibrahim. 2016. Struktur Fundamental
Pendagogik: Membedah
Pemikiran Paulo Freire. Bandung:
PT Refika Aditama.
Comments
Post a Comment