Ilmu
pada dasarnya mengungkap realitas sebagaimana adanya. Hasil-hasil kegiatan
keilmuan memberikan alternatif kepada manusia untuk mengambil suatu keputusan
yang menurut dirinya menjadi keputusan yang terbaik, walaupun nantinya keputusan
itu dianggap kurang tepat oleh manusia lain. Akan tetapi hakikat kebenaran
pastinya akan dimanfaatkan oleh manusia secara umum karena sifat daripada
kebenaran yang mengungkap adalah waktu.
Menghadapi
kenyataan seperti ini, ilmu yang mempelajari alam sebagaimana adanya mulai
mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: untuk apa sebenarnya ilmu itu
harus dipergunakan? dimana batas wewenang penjelejahan keilmuan? Kearah mana
pengembangan keilmuan harus diarahkan? Pertanyaan ini jelas tidak merupakan
urgensi ilmuwan seperti Copernicus, Galileo, dan ilmuwan seangkatannya, namun
bagi ilmuwan yang hidup dalam abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali
perang dunia dan hidup dalam bayangan perang dunia ketiga,
pertanyaan-pertanyaan tidak dapat dielakkan. Dan untuk menjawab pertanyaan ini
maka ilmuwan berpaling kepada hakikat moral.
Banyaknya
kejadian yang melanda umat manusia dewasa ini, manusia semakin menyadari bahwa
manfaat ilmu sangat penting membentuk etika, moral, norma, dan kesusilaan. Oleh
karena itu, tugas ilmu pertama ialah meningkatkan pemahaman manusia tentang etika,
moral, norma, dan kesusilaan dalam diri manusia sendir
Comments
Post a Comment