Skip to main content

Mencapai Humanisasi


Mencapai Humanisasi
Untuk mencapai humanisasi maka diperlukan capaian-capaian pendidikan yang lebih terminal, yaitu capaian dalam hal;
1.Kesadaran kritis yang terdiri dari refleksi otentik, the reason of beings, pemahaman kontekstual, pengetahuan yang hidup dan iluminatif;
2. Reading the word and the word;
3.Transformasi.
Ketiga capaian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Bangkitnya Kesadaran Menuju Kesadaran Kritis (conscientization)
Kesadaran memungkinkan manusia bereksistensi dengan penciptaan makna kehidupan, bukan sekedar survival belaka sebagai mana yang menjadi aktivitas  hewan. Menurut Freire (2005) “Kesadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan kaum tertindas, karena dengan tumbuhnya kesadaran akan menjauhkan seseorang dari Fear of Freedom”. Pedagogic Freire untuk pendidikan tuna aksara melibatkan tidak hanya reading the word, tetapi juga reading the world.
Ini melibatkan pengembangan kesadaran kritis (sebagai sebuah proses yang dikenal dalam bahasa Portugis sebagai conscientizacao dalam bahsa Inggris conscientization). Pengembangan kesadaran kritis membuat orang-orang mempertanyakan hakikat dari situasi historis dan sosial mereka – membaca the world – dengan tujuan bertindak sebagai subjek-subjek dalam penciptaan masyarakat demokratis (yang pada waktu itu bersifat baru bagi Brazil).
Freire mengkonsentrasikan kesadaran kritis seseorang dengan dua tingkat kesadran lainnya yang lebih rendah yaitu kesadran magis dan keasadran naif. Freire menginginkan setiap manusia dapat membangkitkan kesadarannya agar dapat menjadi manusia yang lebih utuh.. proses perkembangan bangkitnya kesadaran dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu, kesadaran magis, naif dan kritis.
2.      Reading The Word and The World
Dalam rangka intervensi kritis, transformasi kehidupan, fungsi pendidikan yang otentik bukanlah adaptif atau konservatif, tetapi adalah progresif. Untuk itu, pembacaan warisan sosial (iptek, text, the word) belaka tidak cukup; para lulusan pendidikan harus mampu membaca context (the world), tema-tema zaman, membaca kehidupan bukan hanya iptek yang terdapat dalam kehidupan. Freire menegaskan bahwa:
“The act of learning to read and write has to start from a very comprehensive understanding aof the act of reading the world, something which human beings do before reading the words. Even historically, human beings first changed the world, secondly proclaimed the world and then wrote the words. These are moments of history. Human beings did not strat naming A! F! N! They started by freeing the hand, grasping the word.”
Berdasarkan pendapat Freire di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pedagogik kritis Freire lebih terorientasi pada program penyadaran kaum tertindas akan humanitas mereka yang mampu menggenggam dunia. Proses penyadaran menggunakan pendekatan praxis yaitu melalui refleksi kiritis akan situasi sosial dan histori mereka, membaca “the world” mereka, yang kemudian memancing lahirnya aksi yang mampu membawa perubahan sosial. Proses penyadaran ini menggunakan literasi kritis sebagai kendaraannya.
3.      Transformasi
Terkait dengan Humanisasi. Langkah lanjutan dari kesadaran kritis dan membaca dunia adalah transformasi: transformasi diri sendiri dan secara bersama-sama melakukan transformasi sosial. Transformasi diri sendiri banyak menjadi fokus para pedagog. Banyak orang mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Perubahan yang demikian ini bukan perubahan yang dimaksud Freire. Perubahan yang demikian tersebut bisa jadi perubahan dalam konteks egoism dan individualism, misalnya agar menjadi individu yang sukses di tengah pasar bebas, individu dengan gaji besar di perusahaan internasional. Freire tidak mengajarkan cita-cita yang demikian ini, karena individu yang demikian bisa jadi hanya mengusung pasar bebas yang mengabadikan ketidakadilan dunia, yaitu penindasan.
Perubahan yang demikian tersebut, bisa jadi kerangka etikannya adalah persaingan bebas, yang kuat yang menang, yang kalah ialah pemalas dan bodoh: kerangka etika evolusi Darwinisme. Kerangka etika Freire adalah humanisasi, pembebasan. Humanisasi tidak terjadi ketika terjadi penindasan atau dehumanisasi. Karena itu perubahan individu secara pedagogis harus dalam konteks perubahan sosial.
Freire mengatakan bahwa transformasi bukanlah bukanlah perubahan metode atau teknik. Transformasi tidak dicapai dengan sekedar mengganti metode dan teknik yang ada di sekolah. Transformasi adalah sebuah kritik sosial. Dengan mengkritik sekolah-sekolah tradisional, kita mengkritik sistem kapitalis yang membangun, menegakkan, memelihara sekolah-sekolah tersebut, transformasi harus berdampak melampaui dinding-dinding sekolah yang menyekat ruang gerak, menjadi trasnformasi masyarakat yang meluas membumi.

Sumber
Kesuma, Dharma & Teguh Ibrahim. 2016. Struktur Fundamental Pendagogik:
            Membedah Pemikiran Paulo Freire. Bandung: PT Refika Aditama.
                                    


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hubungan Epistemologi, Metodologi, Dan Metode Ilmiah

Hubungan Epistemologi, Metodologi, Dan Metode Ilmiah Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan, melainkan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Senn, 2002). Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu. Jika metode merupakan prosedur ...

Implementasi Dalam Penelitian

Implementasi Dalam Penelitian Pelaksanaan penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, sebenarnya merupakan langkah-langkah sistematis yang menjamin diperoleh pengetahuan yang mempunyai karakteristik rasional dan empiris. Secara filosofis kedua pendekatan tersebut mempunyai landasan yang berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada filsafat positivistik. Filsafat positivistik berpandangan bahwa gejala alam dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Proses penelitian dimulai dari proses yang bersifat deduktif, artinya ketika menghadapi masalah langkah pertama yang dilakukan adalah mencari jawaban secara rasional teoretis melalui kajian pustaka untuk penyusunan kerangka berpikir. Bagi penelitian yang memerlukan hipotesis, kerangka berpikir digunakan sebagai dasar untuk menyusun hipotesis. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan dan menganalisis data. Tujuan utama langkah ini adalah un...

Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan Mistik

Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan Mistik A.     Ilmu 1.     Hakikat ilmu Ilmu bersifat rasional Contoh: Air selalu menempati ruang 2.     Struktur ilmu Metode ilmiah Contoh: Makhluk hidup yang ada didunia ini selalu berkembang dan tumbuh 3.     Epistimologi ilmu Epistimologi yang mengkaji pengetahuan manusia. Pembagian epistimologi yang meliputi epistimologi umum (memunculkan pertanyaan  ada apa? ), epistimologi khusus (memunculkan pengetahuan yang diproses dan dapat di pertanggung jawabkan, metodologi (mengkaji langkah-langkah praktis untuk memperoleh pengetahuan yang benar).  Pada mulanya sumber pengetahuan adalah akal. Adapun pengembangan yang lain menyatakan pengalaman, nalar, intuisi, keyakinan, otoritas dan wahyu merupakan sumber pengetahuan. Sumber pengetahuan merupakan sumber dalam rangka mencari kebenaran. Dimana teori kebenaran terdiri atas teori korespondensi, teori koherensi, teori...