Perbedaan
Antara Kebenaran Ilmu Dengan Kebenaran Filsafat
Perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik
tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis
dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan
klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum
atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman
secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum
dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan
sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan
secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan
kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus
dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan
antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat
mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti
bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya
mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan
objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu
mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif
dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda.
Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang
bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba
mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan
jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan
jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan
jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. Menurut Sidi Gazlba (1976),
Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau
eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian.
Pengetahuan filsafat: segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio)
manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun
demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh
agama “Tuhan”. Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964)
mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan
hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat mempunyai wilayah
kajiannya sendiri-sendiri
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun
dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada
hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena
itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting,
terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya
filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat
dari objek kajian dan telaahannya
terimakasih atas pencerahannya
ReplyDelete